Bantu Warga Ukraina, Band Punk Feminis Pussy Riot Jual NFT untuk Galang Dana

Firdhayanti - Selasa, 1 Maret 2022
Grup band Pussy Riot.
Grup band Pussy Riot. jogja.tribunnews

Parapuan.co - Grup band Punk asal Rusia, Pussy Riot menggalang dana untuk Ukraina dengan merilis NFT. 

Proyek ini pun dikerjakan oleh para personel Pussy Riot bersama dengan organisasi mata uang Krypto Ukraina. 

Bersama dengan DAO (Desentralized Autonomous Organization) Ukraina, digital artist bernama Trippy Labs, dan kolektif seni PleasrDAO, Pussy Riot akan menjual sekitar 10.000 karya NFT dengan bendera Ukraina.

Tak cuma bendera Ukraina, terdapat juga karya NFT unik lain dengan bendera tersebut.

Nadya Tolokonnikova, anggota band Pussy Riot pun mengumumkan NFT melalui akun Twitternya pada Selasa (1/3/2022). 

"Tujuan kami adalah mengumpulkan dana untuk disumbangkan ke organisasi sipil Ukraina yang membantu mereka yang menderita akibat perang yang dimulai Putin di Ukraina. Kami akan membeli NFT bendera Ukraina," cuit Pussy Riot lewat akun @pussyrrriot. 

Kepada Decrypt, Nadya memberi tahu bahwa NFT tersebut untuk mendukung rakyat Ukraina. 

"Karena ini bukan tentang artis atau estetika tertentu—ini tentang sesuatu yang jauh lebih besar dari kita semua, ini adalah tanda solidaritas murni," ujarnya. 

Nantinya, Nadya akan menjual 10.000 NFT bendera Ukraina yang dicetak. 

Baca Juga: WNI di Ukraina Kembali di Evakuasi, 6 Orang Berhasil Keluar dari Lviv

Hasil penjualannya sendiri akan disumbangkankepada dua organisasi non-pemerintah yang bergerak pada bidang kemanusiaan di Ukraina.

Dua organisasi tersebut yakni Proliska dan the Return Alive Foundation.

Melalui proyek ini, UkraineDAO besutan Nadya ini berhasil meraup pundi-pundi sebesar USD 1.3 juta alias Rp18.7 miliar.

Target dari proyek ini adalah USD 2.7 juta atau 1.000 ETH (sekitar Rp38 miliar).

Pussy Riot sendiri merupakan grup punk rock feminis asal Moskow. 

Grup yang didirikan tahun 2011 ini telah menampilkan berbagai pertunjukan yang unik. 

Selain itu, grup ini terkenal dengan kritikannya terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin.

Melansir HAI, sebelumnya para anggota Pussy Riot pernah berada di balik jeruji besi lantaran berbagai kritikannya terhadap penguasa di Federasi Rusia itu. 

Nadya Tolokonnikova dan rekannya Nika Nikulshina bahkan telah dilabeli sebagai antek asing alias "foreign agents" oleh pemerintah Rusia. (*)

Baca Juga: Kementerian Luar Negeri RI Berhasil Evakuasi 25 WNI di Ukraina Lewat Rumania

Sumber: Hai
Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh


REKOMENDASI HARI INI

Atasi Limbah Tekstil, Jalin Dibantu EcoTouch Kumpulkan Pakaian Bekas Karyawan