Ketidaksetaraan itu memicu perempuan untuk vokal menyuarakan perubahan.
Pada tahun yang sama, sebanyak 15.000 perempuan di New York City, Amerika Serikat berbaris untuk menuntut kerja yang lebih pendek, gaji yang lebih baik, serta hak suara.
Pada tahun 1909, Hari Perempuan Internasional diperingati setiap 28 Februari,
sesuai dengan deklarasi Partai Sosialis Amerika.
Perempuan terus merayakannya pada hari Minggu terakhir bulan Februari hingga 1913.
Hingga akhirnya, pada tahun 1910 Konferensi Internasional Perempuan Buruh kedua diadakan di Kopenhagen, Denmark.
Seorang perempuan bernama Clara Zetkin (Pemimpin 'Kantor Perempuan' untuk Partai Sosial Demokrat di Jerman) mengajukan gagasan tentang Hari Perempuan Internasional.
Dia mengusulkan bahwa setiap tahun di setiap negara harus ada perayaan pada hari yang sama untuk mendesak tuntutan. Hal itu disetujui oleh 3 perempuan pertama yang menjadi parlemen Finlandia.
Konferensi tersebut dihadiri lebih dari 100 perempuan dari 17 negara, yang mewakili serikat pekerja, partai sosialis, klub pekerja perempuan.
Setelah keputusan yang disepakati di Kopenhagen pada tahun 1911, Hari Perempuan Internasional dihormati untuk pertama kalinya di Austria, Denmark, Jerman dan Swiss pada 19 Maret.
Baca Juga: Jelang Hari Perempuan Internasional 2022, Inilah Hak Dasar Kesehatan bagi Perempuan