Parapuan.co - Konflik antara Rusia dan Ukraina menyisakan kesedihan bagi masyarakat global, termasuk Indonesia.
Ketakutan dan kekhawatiran kini tengah dirasakan oleh Rutami, seorang ibu dari Warga Negara Indonesia (WNI) di Ukraina, M. Raga Prayuda (22).
Raga Prayuda diketahui sedang bertahan hidup di pabrik plastik milik warga Yordania di Chernihiv, Ukraina.
Mengetahui putranya terancam di tengah peperangan yang berbahaya, Rutami tak bisa menyembunyikan kesedihannya.
Tangis Rutami pecah saat telekonferensi dengan pihak Duta Besar Indonesia untuk Ukraina di Binjai Command Center (BCC) Balai Kota Binjai pada Senin (7/3/2022) siang.
Dengan penuh isak tangis, Rutami menceritakan terakhir kali ia menghubungi putranya lewat panggilan video.
Saat itu, Rutami mendengar suara bom meledak yang membuat anaknya harus berlari kencang.
Rutami merasa tidak berdaya dan hanya bisa menyaksikan perjuangan anaknya dalam bertahan hidup lewat layar telepon genggamnya.
"Ini kan kami lagi ada video call. Tiba-tiba dia teriak lari, lari, ada bom meledak," cerita Rutami, dikutip dari Kompas.com.
Baca Juga: Harga Emas Naik Saat Rusia Serang Ukraina, Berikut Penyebab Logisnya
"Kami dengar semua. Makanya kami sedih," lanjutnya.
Menurut keterangan Rutami, sang anak sudah bekerja di Ukraina sejak 2019 lalu.
Ia pun tak pernah absen menghubungi putranya untuk memastikan kondisinya baik-baik saja di tengah perang besar tersebut.
Sempat Rutami larang unggah video di Facebook, Raga justru ingin semua orang melihat perjuangan masyarakat di Ukraina dalam menghadapi perang.
"Saya bilang, jangan di-Facebook-kan, nanti kau diejek, dia bilang, enggak apa-apa Mak. Biar orang tahu penderitaan kami di sini," cerita Rutami.
"Itu hancur perasaan kami. Berarti anak saya di sana menderita, dia anak baik Pak. Saya enggak punya harta selain dia," katanya lebih lanjut.
Cerita lain datang dari Ayi Rodiah, istri Iskandar, warga negara Indonesia (WNI) yang bekerja di pabrik bersama M Raga Prayuda.
Ayi mengatakan bahwa berkomunikasi dengan suaminya setiap saat melalui panggilan video setiap setengah jam sekali.
Baca Juga: Usai Tiba di Tanah Air, WNI dari Ukraina Jalani Isolasi di Jakarta
Sebagai istri, Ayi merasa khawatir dengan kondisi sang suami yang sudah bekerja di Ukraina sejak 2018 silam.
Menurut keterangan Ayi, Iskandar membawa anak laki-lakinya ke Ukraina pada 2019, meninggalkan Ayi sendiri.
Diketahui, ada enam orang warga Kota Binjai dan tiga orang warga Kabupaten Langkat yang masih berada di pabrik tersebut.
Ayi Rodiah berharap pemerintah melakukan evakuasi menyeluruh kepada WNI yang berada di Ukraina.
Iskandar dan rekan-rekan lainnya kini berlindung di bunker sempit yang ia bagi bersama 9 orang.
Namun, suara ledakan bom setiap harinya semakin dekat, membuat mereka ketakutan.
"Harapan saya supaya segera evakuasi. Alhamdulillah mereka di sana tidak diam juga," kata Ayi.
"Sekarang pemerintah juga sudah sangat berupaya mengevakuasi, berdoa semoga lancar," tutupnya.
Pemerintah Indonesia masih berusaha untuk menemukan cara evakuasi warganya yang berada di Ukraina.
Sebelumnya, sekitar 80 WNI berhasil pulang ke Indonesia dari Ukraina dalam keadaan selamat.
Baca Juga: 80 WNI dari Ukraina Berhasil Pulang ke Indonesia, Disambut Menteri Luar Negeri di Bandara
(*)