"Dibilangnya, kenapa kamu apply ke semua tempat ini padahal udah punya satu, udah cukup aja. Kalau cowok tuh (penerimaannya, red.), keren banget keterima di semua tempat," tambahnya.
Athiya mengakui hal itu sempat mengganggunya beberapa tahun. Namun, setelah itu dirinya melihat apa saja yang sudah dicapainya dan tak mungkin itu hanya karena hoki.
Memang ada yang namanya beruntung, tetapi Athiya sadar ada pula kerja keras. Alhasil, dia berpikir boleh jadi dia hoki, tetapi dia tak lupa memberi atribusi kemampuan dan usahanya.
"Awalnya susah banget untuk get over insecurity itu. Gimana, dilihat sebagai perempuan dari negara yang enggak terlalu terkenal teknologinya," ungkap Athiya.
Anak tunggal yang besar di Batam ini pun belajar untuk enggak terlalu sharing karena pendapat yang paling kamu butuhkan ialah dari dirimu.
Lantas, setelah merasakan jatuh bangun tersebut, apa hal yang membuat Athiya merasa bahwa dunia IT pun cocok untuk perempuan?
"Sebenarnya siapa sih yang bilang dunia IT adalah dunia laki-laki? Umumnya, apa alasannya cewek enggak bisa kerja? Kebanyakan karena ngurus anak," ujar Athiya.
"Kita lihat di pandemi ini, satu-satunya pekerjaan yang bertahan setidaknya melibatkan komputer. Jadi menurutku, kerjaan yang paling cocok buat perempuan justru di bidang IT," tegasnya.
Baca Juga: Perjalanan Karier Herryanti Herman Menggeluti IT hingga Jadi Direktur
Bisa begitu karena menurutnya, pekerjaan yang melibatkan komputer dan bidang IT punya kelebihan untuk bisa bekerja di mana saja.
"Kalau kita jadi computer scientiest, tentu kita perlu ke kantor untuk rapat ketemu klien sebentar, tapi kebanyakan tugas dan waktu kamu dikerjakan di komputer," terangnya.
"Jadi kalau orang bilang, computer scientiest is the guy thing, itu aneh. Karena, enggak ada heavy listing, enggak ada long hours, bisa dikerjakan di manapun dan kapan pun," tambah Athiya.
"Secara logika itu aneh aja menurutku kenapa dunia ini dibilang cocoknya cuma buat laki-laki," pungkas Athiya yang sangat menyukai Matematika ini. (*)