Ini Alasan Dunia IT Cocok bagi Perempuan Menurut Athiya Deviyani

Aghnia Hilya Nizarisda - Senin, 14 Maret 2022
Athiya Deviyani, mahasiswi yang diterima magang di perusahaan Apple.
Athiya Deviyani, mahasiswi yang diterima magang di perusahaan Apple. Instagram.com/athiyadeviyani

Parapuan.co - Belum lama ini perempuan sedunia merayarakan Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada 8 Maret tiap tahunnya.

Berbeda setiap tahunnya, Internasional Women's Day 2022 kali ini mengangkat tema dengan tagar BreakTheBias atau melawan bias.

Tema ini diangkat agar setiap orang, tak hanya perempuan, bisa menyingkirkan bias-bias yang selama ini mengakar demi terwujudnya kesetaraan gender.

Bias sendiri adalah kecenderungan untuk percaya bahwa seseorang, sebuah ide, atau sesuatu itu lebih baik dari yang lain. Hal ini pun dapat terjadi di mana pun.

Salah satu perempuan yang mengalami hal ini ialah Athiya Deviyani, mahasiswi Indonesia yang namanya viral beberapa waktu lalu karena berhasil magang di perusahaan Apple.

Saat dihubungi PARAPUAN, perempuan kelahiran 1999 ini mengaku tadinya berpikir bias gender dan stereotip dunia IT (information technology) untuk laki-laki adalah bohongan.

"Tapi aku merasakan sendiri. Waktu aku keterima di Google, teman laki-laki aku pada bilang, Oh dia diterima karena dia perempuan. Soalnya Google terkenal suka diversity hiring," ujar Athiya.

Google emang merekrut secara beragam. Jadi, kadang temannya pun berpikir dia masuk Google karena dia perempuan, bukan karena dia pintar atau dia bekerja keras.

"Dan itu waktu aku masih 19 atau 20 tahun, masih kecil. Dulu aku jadi cukup insecure. Apa emang ya aku diterima karena aku perempuan?" aku Athiya.

Baca Juga: Mahasiswa Indonesia Athiya Deviyani Berhasil Kerja di Perusahaan Apple

Setelah itu perempuan yang akan memulai magang di Apple pada Mei esok ini merasa ingin membuktikan ke dirinya sendiri.

Athiya apply ke perusahaan lain untuk membuktikan bahwa mungkin dirinya diterima karena perempuan, tetapi dia punya hal lain karena enggak semua perempuan masuk Google.

Perempuan ini apply ke semua tempat untuk nunjukkin dirinya bisa diterima. Namun, Athiya pun merasa capek sendiri karena pada akhirnya hanya bisa bekerja di satu perusahaan. 

Bahkan, Athiya mengaku respon yang diberikan teman laki-lakinya pun jauh dari dugaannya.

"Aku kira mereka bakal bilang, Eh keren ya, soalnya kalau ada laki-laki yang masuk Google atau Amazon, mereka bilang, Kamu keren banget, pengin kayak kamu," ujar Athiya.

"Tapi aku udah keterima di Google, terus aku apply ke Amazon, Facebook, dan segala macam mereka kayak, Ngapain sih kamu ambis banget? Mau ambil kerjaan kita ya?" tambahnya.

Athiya pun mengakui bahwa bias gender dan stereotip itu enggak sekadar mitos karena sayangnya, dia sendiri merasakannya langsung.

Meski Athiya yakin enggak semua merasakan hal sepertinya. Namun, menurutnya salah satu alasannya ialah karena dia berhasil meraih sesuatu.

"Mereka kayak 'ah dia kan dapat itu karena dia cewek' atau a guy can achieve, but a girl can't be ambisious. Misalnya, aku ambisius itu dibilang jelek seakan enggak bersyukur," ujar Athiya.

Baca Juga: 5 Profesi Wanita Karir yang Menawarkan Gaji Miliaran per Tahun

"Dibilangnya, kenapa kamu apply ke semua tempat ini padahal udah punya satu, udah cukup aja. Kalau cowok tuh (penerimaannya, red.), keren banget keterima di semua tempat," tambahnya.

Athiya mengakui hal itu sempat mengganggunya beberapa tahun. Namun, setelah itu dirinya melihat apa saja yang sudah dicapainya dan tak mungkin itu hanya karena hoki.

Memang ada yang namanya beruntung, tetapi Athiya sadar ada pula kerja keras. Alhasil, dia berpikir boleh jadi dia hoki, tetapi dia tak lupa memberi atribusi kemampuan dan usahanya.

"Awalnya susah banget untuk get over insecurity itu. Gimana, dilihat sebagai perempuan dari negara yang enggak terlalu terkenal teknologinya," ungkap Athiya.

Anak tunggal yang besar di Batam ini pun belajar untuk enggak terlalu sharing karena pendapat yang paling kamu butuhkan ialah dari dirimu.

Lantas, setelah merasakan jatuh bangun tersebut, apa hal yang membuat Athiya merasa bahwa dunia IT pun cocok untuk perempuan?

"Sebenarnya siapa sih yang bilang dunia IT adalah dunia laki-laki? Umumnya, apa alasannya cewek enggak bisa kerja? Kebanyakan karena ngurus anak," ujar Athiya.

"Kita lihat di pandemi ini, satu-satunya pekerjaan yang bertahan setidaknya melibatkan komputer. Jadi menurutku, kerjaan yang paling cocok buat perempuan justru di bidang IT," tegasnya.

Baca Juga: Perjalanan Karier Herryanti Herman Menggeluti IT hingga Jadi Direktur

Bisa begitu karena menurutnya, pekerjaan yang melibatkan komputer dan bidang IT punya kelebihan untuk bisa bekerja di mana saja.

"Kalau kita jadi computer scientiest, tentu kita perlu ke kantor untuk rapat ketemu klien sebentar, tapi kebanyakan tugas dan waktu kamu dikerjakan di komputer," terangnya.

"Jadi kalau orang bilang, computer scientiest is the guy thing, itu aneh. Karena, enggak ada heavy listing, enggak ada long hours, bisa dikerjakan di manapun dan kapan pun," tambah Athiya.

"Secara logika itu aneh aja menurutku kenapa dunia ini dibilang cocoknya cuma buat laki-laki," pungkas Athiya yang sangat menyukai Matematika ini. (*)

Sumber: Wawancara
Penulis:
Editor: Aghnia Hilya Nizarisda


REKOMENDASI HARI INI

Borong Perlengkapan Ibu dan Bayi di Waktunya IMBEX Berd15kon!