Kasus DBD Meningkat di Awal 2022, Belasan Warga di NTT Meninggal Dunia

Alessandra Langit - Jumat, 11 Maret 2022
Kasus demam berdarah (DBD) meningkat di awal tahun 2022.
Kasus demam berdarah (DBD) meningkat di awal tahun 2022. puwa2827

Parapuan.co - Kawan Puan, angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di awal 2022 ini mengalami peningkatan.

Di tengah pandemi Covid-19, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat angka kematian akibat DBD semakin tinggi.

Terhitung hingga Februari 2022, dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik (DIT.P2PTVZ) Kemenkes menunjukkan ada 5.041 kasus DBD di Indonesia.

Data tersebut merujuk pada laporan kasus di berbagai provinsi hingga minggu ke-5 awal tahun 2022 ini.

Data di awal Maret 2022 mencatat daerah dengan kasus DBD paling tinggi adalah Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kepala Dinas Kesehatan Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT Messe Ataupah pun menjabarkan catatan kasus DBD di wilayahnya kepada awak media.

"Terhitung dari awal Januari hingga 1 Maret 2022, tercatat 1.513 kasus. 12 orang meninggal dunia," jelas Messe, dilansir dari Kompas.com.

Menurut keterangan Messe, dari 1.513 kasus, sebanyak 1.426 orang telah sembuh dan keluar dari rumah sakit.

Lebih lanjut, Messe menjelaskan bahwa ada 75 orang masih menjalani perawatan medis di rumah sakit di NTT.

Baca Juga: 6 Penyakit di Musim Hujan yang Bisa dengan Mudah Menyerang Tubuh

Messe juga menjabarkan daftar daerah dengan jumlah kasus DBD terbanyak di Nusa Tenggara Timur.

Di Kota Kupang ada sebanyak 257 kasus DBD, kemudian dilanjutkan dengan Kabupaten Manggarai Barat dengan 247 kasus.

Sedangkan di Kabupaten Sikk, ada 187 kasus, Kabupaten Sumba Barat Daya ada 168 kasus, dan Kabupaten Belu dengan 101 kasus.

Kabupaten lainnya memiliki jumlah kasus DBD di bawah 100, namun masih terhitung cukup banyak.

Menurut keterangan Messe, kasus terbanyak terjadi pada anak 5-14 tahun yakni sebesar 35 persen.

Sedangkan anak usia 1-4 tahun sebesar 33 persen dan usia 15-44 tahun sebesar 24 persen.

Dengan data usia tersebut, Messe menduga bahwa gigitan nyamuk yang menyebabkan DBD terjadi di luar rumah pasien.

"Tingginya kasus pada usia tersebut, diperkirakan nyamuk lebih banyak menggigit di luar rumah," kata Messe.

Baca Juga: Zaskia Mecca Kena DBD, Kenali Ini Gejala dan Penyebab Demam Berdarah

Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin telah mengingatkan masyarakat untuk waspada dengan adanya peningkatan kasus DBD ini.

Menkes Budi berharap masyarakat secara mandiri dapat mencegah penyebaran DBD saat musim hujan ini.

Diketahui, pada musim hujan, penyebaran nyamuk DBD semakin meningkat seiring bertambahnya genangan air di berbagai tempat.

Menkes menegaskan bahwa pihaknya akan melakukan fogging untuk membantu masyarakat mencegah DBD.

"Sekarang musim demam berdarah, kalau bisa, jangan sering pergi keluar ke taman," saran Menkes Budi, dikutip dari Tribunnews.

"Lakukan juga penyemprotan di rumah atau fogging," lanjutnya.

Langkah pencegahan DBD yang diimbau oleh Kemenkes adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk di lingkungan sekitar lewat 3M Plus.

Masyarakat diharapkan menguras dan membersihkan tempat penampungan air secara rutin.

Selain itu, kita juga harus menutup rapat-rapat tempat penampungan air untuk mencegah jentik-jentik menyebar.

Terakhir, masyarakat diimbau untuk mendaur ulang atau memanfaatkan barang-barang yang bisa menampung air hujan.

Baca Juga: Berikan Pertolongan Pertama saat Anak Terkena Demam Berdarah!

(*)

Sumber: Kompas.com,tribunnews
Penulis:
Editor: Linda Fitria


REKOMENDASI HARI INI

Tips Switch Career buat Perempuan: 2 Langkah Memulai Jalur Karier Baru