Jelang Ramadan, Ini Sinopsis, Fakta, dan Review Film Perempuan Berkalung Sorban

Alessandra Langit - Jumat, 11 Maret 2022
Sinopsis, fakta dan review film religi Perempuan Berkalung Sorban.
Sinopsis, fakta dan review film religi Perempuan Berkalung Sorban. Starvision

Parapuan.co - Menjelang bulan suci Ramadan, tontonan bertema religi menjadi pilihan masyarakat Indonesia untuk menemani waktu berbuka puasa atau sahur.

Salah satu film religi terpopuler adalah Perempuan Berkalung Sorban (2009) yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo.

Film ini diadaptasi novel berjudul sama karya Abidah Elkhalieqy yang pada tahun yang sama menjadi favorit pecinta buku.

Perempuan Berkalung Sorban dibintangi oleh deretan artis ternama seperti Revalina S. Temat, Oka Antara, Reza Rahadian, Joshua Pandelaky.

Selain itu, artis senior Widyawati, Francine Roosenda, dan Cici Tegal juga ikut bermain dalam film ini.

Sinopsis Perempuan Berkalung Sorban

Film yang juga ditulis oleh Gina S. Noer ini menceritakan kehidupan Anisa (Revalina) di lingkungan santri di sebuah pesantren di kawasan Bogor.

Lingkungan dan keluarga Anisa menggunakan nilai-nilai agama sebagai cara untuk mengekang kebebasan perempuan.

Di usia yang masih muda, Anisa dipaksa menikah dengan seorang laki-laki tak dikenalnya yang bernama Samsudin (Reza Rahadian).

Baca Juga: Sinopsis Merindu Cahaya de Amstel, Film Religi Amanda Rawles yang Tayang di Bioskop

Alih-alih mencintai Anisa, Samsudin justri memperlakukan istrinya dengan buruk dan penuh kekerasan fisik.

Anisa pun tiba-tiba difitnah berzina dengan seorang pemuda bernama, Khudori (Oka Antara) dan menjadi bahan hinaan lingkungannya.

Bercerai dengan Samsudin, Anisa akhirnya harus menikah dengan Khudori karena rumor zina tersebut menyebar luas. 

Cerita berlanjut dengan kisah Anisa memperjuangkan kebebasan perempuan, terutama para santri di pesantren Al Huda.

Review Perempuan Berlakung Sorban

Hanung Bramantyo tumbuh di industri film sebagai maestro film religi dan film ini adalah salah satu karya terbaiknya.

Perempuan Berkalung Sorban mencoba untuk meluruskan ajaran agama islam yang salah dan membuat perempuan terpojokkan.

Dengan penuh drama, angan-angan akan kebebasan dari perempuan dalam film ini menjadi potret sistem patriarki yang bersembunyi di balik norma agama.

Salah satu adegan yang cukup penting adalah ketika Anisa tidak diperbolehkan memimpin kelas pesantren karena gendernya, padahal menjadi pemimpin adalah mimpi Anisa sedari dulu.

Baca Juga: Lawan Bias Gender, Ini 5 Tokoh Perempuan Berdaya dalam Film Indonesia

Perempuan Berkalung Sorban adalah sentilan yang apik bagi sistem lingkungan agama di Indonesia yang mengabaikan kemanusiaan.

Sayangnya, cerita dalam film ini cukup mudah untuk ditebak dan dikemas dengan emosi berlebihan khas sinetron.

Hal tersebut seakan menutupi pesan kesetaraan dalam lingkungan beragama yang seharusnya lebih digaungkan dalam film ini.

Adegan-adegan kekerasan dalam film ini juga dapat memantik trauma dan seakan dirancang tanpa welas asih kepada penyintas.

Secara keseluruhan, Perempuan Berkalung Sorban memiliki pesan penting yang sayangnya kalah lantang dengan drama percintaan dan kekerasan yang berlebihan.

Fakta Perempuan Berkalung Sorban

Kawan Puan, film ini mengandung unsur kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang digambarkan sangat nyata.

Hal tersebut membuat Perempuan Berkalung Sorban pernah menuai kontroversi pasca perilisannya pada 2009.

Selain karena adegan kekerasan yang frontal, beberapa adegan juga dinilai oleh para petinggi agama menggunakan ayat yang salah dari Al quran.

Hanung Bramantyo sempat berdebat dengan beberapa tokoh agama terkait masalah ini karena ia merasa tidak ada yang salah dari penyampaian ayat dalam film ini.

Baca Juga: Ceritakan Produksi Film Garis Waktu, Hanung Bramantyo Senang Anya Geraldine Terlibat

(*)

Penulis:
Editor: Linda Fitria


REKOMENDASI HARI INI

Bermula dari Rumah, Begini Peran Penting Perempuan di Ranah Pendidikan