Parapuan.co - Bermain adalah salah satu kebutuhan penting sebagai proses belajar untuk tumbuh kembang anak.
Pasalnya, bermain adalah cara belajar anak untuk meningkatkan kemampuan kognitif, sensorik, motorik, dan imajinatif.
Akan tetapi, tidak jarang anak-anak lebih suka bermain barang-barang di sekitarnya daripada mainannya sendiri.
Lantas, berapa banyak mainan yang benar-benar dibutuhkan anak?
"Anak-anak perlu bermain, tetapi tidak membutuhkan mainan,” kata Deborah MacNamara, pakar perkembangan anak di Vancouver, mengutip Today's Parent.
Menurut Deborah, maksud tidak membutuhkan mainan adalah dengan membiarkan anak menjelajahi lingkungan sekitar mereka.
"Anak-anak akan mengeksplorasi lingkungan sekitarnya, mulai dari panci, wajan, hingga balok," imbuhnya.
Dengan kata lain, anak-anak memang membutuhkan sesuatu untuk dimainkan, tetapi itu tidak harus berupa mainan.
"Rumah biasanya memiliki cukup banyak objek untuk menghibur dan (mendukung, red.) proses belajar anak," ujar Deborah.
Baca Juga: Beri Batasan, Ini 4 Cara Menghadapi Anak yang Selalu Minta Mainan Baru
Ikuti perkembangan dan isyarat anak
Ketika anak-anak tumbuh, hubungan dan preferensi mainan mereka berubah seiring waktu.
Menurut Deborah, bayi akan disibukkan dengan berada di sekitar orang-orang yang dekat dengan mereka.
Terkadang tidak perlu mainan, Deborah menyebut bayi bisa puas menjelajahi berbagai hal dengan mulut dan tangan mereka.
Sebagai balita, anak-anak menjadi lebih tertarik pada eksplorasi objek.
Selama tahap ini, orang tua disarankan memberikan akses ke lingkungan sekitar guna menumbuhkan imajinasinya.
Hal itu dapat berupa benda-benda di rumah, seperti wajan, panci, kardus bekas, balok kayu, atau boneka binatang.
Pada prinsipnya, tidak ada jumlah minimum mainan yang dibutuhkan, sebab kreativitas dan imajinasi anak tidak terbatas.
Tidak perlu khawatir anak punya sedikit mainan, justru mereka dapat bermain lebih lama dan lebih kreatif.
Baca Juga: Ternyata Ada 5 Manfaat Bermain Air untuk Motorik dan Sensorik Anak
Para ahli mengatakan, orang tua harus membiarkan anak-anak mereka tertarik pada mainan atau benda yang mereka minati.
Deborah mengatakan bahwa orang tua harus melihat bentuk permainan apa yang diminati anak dan menyediakan mainan untuk mereka.
"Bermain tidak asyik lagi ketika orang tua memaksakan permainan apa yang harus dimainkan anak tanpa memahami minatnya," kata Deborah.
Jadilah fleksibel
Jangan memusingkan semua hal dan jadilah fleksibel untuk memenuhi kebutuhan bermain anak.
Selain mainan, anak juga perlu untuk berinteraksi saat bermain guna meningkatkan kecerdasan sosialnya.
Sebagai orang tua, ajak mereka berbicara saat bermain. Ini penting untuk mengekspresikan emosi dan kreativitas.
Selain itu, bermain adalah sarana untuk memberikan nasihat dan proses belajar anak dengan cara yang menyenangkan.
Baca Juga: Jangan Disebut Berisik, Ini 5 Manfaat Bernyanyi Bagi Tumbuh Kembang Anak
Nah, tekankan eksplorasi lingkungan untuk bermain anak sekaligus berikan mainan sesuai minat anak ya, Kawan Puan.
Dengan demikian, mainan benar-benar digunakan anak untuk bermain sekaligus mengasah kreativitasnya. (*)