Di sisi lain, Cartier dalam pernyataannya menjelaskan bahwa pihaknya sangat menghormati pesaingnya.
Akan tetapi, menurutnya apa yang dilakukan oleh perusahaan perhiasan mewah di bawah perusahaan LVMH itu sudah melewati batas.
“Cartier sepenuhnya menghormati hak kompetitor untuk mencapai tujuan komersial mereka. Namun, dalam kasus ini, komersial Tiffany telah melewati batas bisnis dan merupakan persaingan tidak sehat,” jelasnya.
Dalam gugatan tersebut, Cartier mengharuskan Tiffany & Co untuk tidak menggunakan rahasia dagang yang dicurinya serta membayar ganti rugi.
Seorang analis dari Bernstein, Luca Solca, mengatakan bahwa ia yakin LVMH memang sedang berusaha untuk bersaing mengalahkan Richemont.
“Perhiasan bermerek, setelah akuisisi Tiffany, telah berubah dari oligopoli menjadi duopoli. Tiffany memiliki banyak kesempatan untuk menghidupkan kembali kekayaannya,” ujar Solca dalam sebuah pernyataan melalui email.
Sebelumnya pada 19 Januari lalu, Richemont mengatakan terdapat permintaan kuat terhadap perhiasan dan jam tangan sebesar 32 persen, setelah sebelumnya sempat mengalami penurunan akibat pandemi Covid-19.
Penjualan di brand perhiasan milik Richemont, Cartier, Buccellati, dan Van Cleef & Arpels sendiri dilaporkan naik mencapai 38 persen. (*)
Baca Juga: 5 Jenis Batu Permata untuk Mempercantik Perhiasan, Ada Batu Safir Biru