“Ada efek jangka pendek dan jangka panjang. Efek jangka pendeknya itu risiko penyumbatan saluran cerna. Makanan padat yang mak bedunduk muncul tiba-tiba di usus bisa bikin mandeg (berhenti) usus bayi, macet gak isa gerak. Ini termasuk emergency, bisa butuh penanganan sampai ke bedah anak,” tuturnya melalui akun Twitter-nya, @sdenta, seperti yang dilansir dari laman Kompas.com.
Dokter Denta juga menyayangkan bahwa sikap orang tua yang terburu-buru memberi makanan pada aak nantinya akan memicu risiko yang lebih tinggi.
Seperti risiko diabetes, obesitas, hingga penyakit kronis lainnya.
Dirinya juga juga menjelaskan bahwa sebenarnya bayi yang sudah memiliki tanda siap MPASI memang bisa diberi makanan meski di bawah usia enam bulan atau usia yang direkomendasikan WHO.
Kendati demikian, usia bayi harus minimal empat bulan saat menerimanya.
Jika tidak, berbagai risiko yang telah disebutkan bisa diderita oleh bayi.
Saat berusia enam bulan motorik dan saluran cerna bayi sudah mulai siap untuk belajar makan dan mencerna dengan baik.
Pada saat ini pula ASI sudah mulai tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan energi dari bayi.
Terlalu cepat atau terlambat memberikan MPASI memiliki risiko masing-masing.
Diperlukan konsultasi dokter agar pertumbuhan anak dapat terpantau dengan baik.
Baca Juga: Pentingnya Gunakan High Chair saat Anak Makan, Ahli Kesehatan Ungkap Manfaatnya
(*)