Parapuan.co - Lahir dan besar di desa nelayan yang berlokasi di Balikpapan, Kalimantan Timur, Utari Octavianty telah termotivasi untuk mengubah hidup orang di sekitarnya sejak kecil.
Dalam acara peringatan Hari Perempuan Internasional bertajuk The Power of Women in Nature yang diadakan oleh Generation Girl beberapa waktu lalu, perempuan kelahiran 23 Oktober 1993 itu menceritakan kisah di balik Aruna.
Aruna sendiri merupakan sebuah startup teknologi perikanan yang merevolusi ekosistem perdagangan hasil laut dengan teknologi yang didirikan pada tahun 2016.
Dalam acara tersebut, Utari menceritakan bagaimana ia dan dua rekan lainnya, yakni Farid Naufal Aslam dan Indraka Fadhilillah, membangun Aruna lantaran melihat bagaimana nelayan memiliki kontribusi besar dalam ekspor Indonesia, namun tidak memiliki hidup yang sejahtera.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), 70 persen dari kemiskinan di Indonesia berasal dari masyarakat yang tinggal di pesisir, yakni para nelayan dan keluarganya.
“Dari situ barulah kita memutuskan untuk create Aruna ini. Tapi di Aruna sendiri kita bukan cuma fokus pada create sesuatu di bidang teknologi, tapi gimana caranya kita fokus pada orang-orang yang ada di dalamnya dan juga masalah planet,” ujar Utari Octavianty.
Bertekad ingin mengubah kehidupan warga desa pesisir sejak masih sekolah
Kekhawatirannya terhadap masalah lingkungan sendiri telah ada sejak ia masih duduk di bangku sekolah, di mana buku mata pelajarannya kala itu menunjukkan bahwa desa tempatnya tinggal masuk ke dalam salah satu desa ‘terkotor’.
“Di buku itu jelas-jelas yang terpampang adalah desa tempat saya dan banyak anak pesisir tinggal. Dari data itu juga menunjukkan kalau banyak banget desa pesisir lain di seluruh Indonesia yang disebut dengan daerah yang menjadi tempat sampah,” ceritanya.
Baca Juga: Daliana Suryawinata, Arsitek Perempuan Indonesia yang Masuk Daftar Architizer A+A Awards
“Itu yang bikin termotivasi bahwa kita bisa melakukan sesuatu untuk mengubah industri, khususnya di pesisir ini sendiri,” lanjut perempuan yang kini berusia 29 tahun itu.
Lewat Aruna, alumnus Telkom University dan Said Business School, University of Oxford itu akhirnya berhasil mewujudkan mimpinya sebagai aktivis lingkungan yang juga bisa mensejahterakan kehidupan para nelayan.
Selain memberdayakan kehidupan nelayan dan keluarganya, Utari bersama rekan-rekannya juga terus aktif mengajak masyarakat sekitar pesisir untuk menjaga keberlanjutan laut.
“Kita mengambil sesuatu yang diambil dari bumi atau hasil laut. Jadi penting banget untuk kita menjaga keberlanjutan yang ada tanpa mematikan ekonomi masyarakat yang ada di sana,” tegasnya.
Menciptakan peluang untuk perempuan yang ingin bekerja di industri perikanan
Terjun langsung ke industri yang didominasi oleh laki-laki, tentunya Utari tak jarang dihadapi oleh berbagai tantangan.
Saat pertama kali berkomitmen untuk masuk ke dalam industri ini, ia pun harus meyakinkan keluarganya terlebih dahulu.
“Banyak perempuan yang takut kontribusi itu karena memang sudah terlanjur ada kotak-kotak stigma tertentu di industri tertentu yang bilang kalau ini bukan tempatnya perempuan. Jadi lebih ke meyakinkan keluarga ketika pertama kali mau komitmen 100 persen di industri ini,” imbuhnya.
Melihat banyaknya perempuan yang merasa tidak cocok bekerja di industri perikanan ini, Utari justru melihatnya sebagai peluang untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi para perempuan yang tertarik di bidang ini.
Baca Juga: Berhenti dari RSCM, Ini Kisah Mesty Ariotedjo Dirikan Tentang Anak
Ia percaya bahwa sebenarnya perempuan perlu diberikan kesempatan untuk mengembangkan potensinya di industri yang bahkan didominasi oleh laki-laki sekalipun.
“Akhirnya industri ini jadi ramah sama perempuan karena banyak juga kesempatan untuk mereka berkarier di sana. Mungkin memang ada beberapa industri di Indonesia yang sudah terlalu didominasi oleh pria, tapi sebenarnya kalau dilihat lagi masih ada kesempatan untuk perempuan agar bisa berpotensi di sana,” jelas Utari.
Utari Octavianty tentang kepemimpinan
Saat ditanya mengenai gaya kepemimpinannya, perempuan yang pernah masuk ke dalam daftar Forbes 30 Under 30 Asia Class of 2020 itu percaya bahwa seorang pemimpin harus bisa memberikan contoh nyata kepada rekan-rekannya.
“Kalau di case saya, co-founder itu mix, jadi ada perempuan dan laki-laki. Dan saya lihat ada different approach. Jadi kalau cowok itu tipikal lihatnya ke mana, kalau cewek gimana. Jadi lebih ke bagaimana kita sebagai seorang leader itu bisa mencontohkan dalam keseharian,” tuturnya.
Utari kemudian mengatakan, “Let’s say kalau kita bilang ingin jadi perusahaan yang pertama making impact, jadi gimana caranya di setiap activity yang kita lakukan harus ada manfaatnya.”
Itulah sosok dan kisah Utari Octavianty dalam membangun Aruna Indonesia.
Melalui Aruna, Utari dan kedua rekannya telah berhasil mensejahterakan kehidupan lebih dari 26.000 nelayan di lebih dari 100 lokasi, tak hanya di Indonesia, tetapi juga negara lain. (*)
Baca Juga: Sosok Grace Tahir, Putri Konglomerat Indonesia yang Sindir Indra Kenz