“Sumber air yang tercemar menyebabkan pengelolaan terhadap kelestarian siklus air juga semakin menjadi sebuah proses yang sulit, di antaranya tentu saja biaya yang meningkat untuk memproses air tanah tersebut, bahkan untuk mencegah penggunaanya secara berlebihan.
"Masalah utamanya adalah kita tidak mengetahui secara pasti berapa banyak ketersediaan air tanah yang ada, yang artinya kita bisa saja gagal dalam proses pemanfaatan sumber-sumber air tanah yang vital, seperti misalnya di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS). Mengeksplorasi, melindungi, serta menggunakan air tanah secara berkelanjutan akan menjadi kunci untuk bertahan dan beradaptasi terhadap perubahan iklim dan efek dari semakin meningkatnya populasi manusia,” terang Tri Agung Rooswiadji, Footprint Program Manager, WWF Indonesia.
Hal ini juga berpengaruh pada kesehatan masyarakat, terutama bagi yang tinggal di daerah dengan air yang telah tercemar.
"Sangat penting untuk tubuh kita yang membutuhkan air. Air-air yang tercemar jelas akan berpengaruh untuk kesehatan. Terlebih masih banyak rumah tangga dan pabrik yang membuang air ke sungai, itu akan berbahaya bagi yang memanfaatkannya.
"Meski sudah banyak yang tidak membutuhkan air sungai, tapi itu akan mengontaminasi ikan-ikan di sungai dan pesisir, yg nantinya dikonsumsi, sehingga berdampak pada kesehatan," jelas Tri Agung.
Menjawab tantangan dan juga peluang yang salah satunya merupakan tanggung jawab pelaku industri, Danone-AQUA menyampaikan program dan inisiatifnya dalam melakukan usaha-usaha pelestarian siklus air dan juga ketersediaan air.
Selain itu upaya pengukuran keberhasilan dampak air positif juga telah dilakukan bersama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). BRIN melakukan validasi atas analisa dan kalkulasi dampak kepengurusan (Stewardship) aktivitas pengelolaan air yang dilakukan oleh Danone-AQUA dengan metode Volumetric Water Benefit Analysis (VWBA) di dua lokasi pabrik AQUA yaitu Mekarsari dan Babakanpari di sumber air Kubang.
Ratih Anggraeni, Head of Climate and Water Stewardship Danone Indonesia menjelaskan, Danone-AQUA berkontribusi dalam melindungi sumber daya air tanah secara menyeluruh dengan mengembalikan air ke dalam ekosistem, menggunakan air secara bertanggung jawab dan meningkatkan akses air bersih untuk masyarakat. Kami berkomitmen dalam menjaga sumber daya air untuk keberlanjutan lingkungan dan bisnis bersama masyarakat serta pemangku kepentingan.
"Kami menjaga kuantitas dan kualitas air di Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan menginisiasi penelitian hidrogeologi, program konservasi, dan pembentukan forum pengguna air untuk memastikan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan dalam mengelola DAS," ucap Ratih.
Baca Juga: Hari Air Sedunia: Hargai Air Demi Keberlanjutan Hidup Masa Depan
Dr. Sci. Rachmat Fajar Lubis, Peneliti Air Tanah BRIN mengatakan, pemahaman tentang ketersediaan air tanah harus terus diamplifikasi, karena dalam satu dekade ini persediaannya terus menurun.
"Metode kuantifikasi di 6 sektor yang terintegrasi di antaranya penanaman pohon, dan pembangunan sumur resapan untuk konservasi air hendaknya dapat dilakukan secara nasional karena akan sangat bermanfaat untuk memonitor ketersediaan air. Pada akhirnya diperlukan dukungan serta partisipasi untuk menjaga bangunan-bangunan konservasi air," jelas Dr. Sci. Rachmat Fajar Lubis.
Pada kesempatan ini hadir pula Putu Ayu Saraswati, Puteri Indonesia Lingkungan 2020 yang secara konsisten melakukan berbagai langkah peduli lingkungan dan melakukan advokasi di ranah media sosial.
“Saat ini saya melihat bahwa perubahan iklim dengan kenaikan suhu yang konstan di berbagai belahan dunia mengakibatkan semakin langkanya sumber air yang dapat digunakan oleh mahluk hidup. Namun terkadang perbuatan manusia itu sendiri yang mencemari sumber air, misalnya pembuangan limbah cair rumah tangga ke sungai, menggunakan pupuk dan pestisida kimia dan sebagainya,” ungkapnya.
Putu Ayu pun memberikan contoh wujud nyata yang dilakukannya untuk lebih hemat air.
“Contoh sederhana yang bisa kita lakukan sebagai wujud nyata peran kita sebagai bagian dari masyarakat adalah secara sadar berhemat air untuk kegiatan sehari-hari, misalnya dalam menyiram tanaman, mandi, mencuci, atau menggosok gigi. Proses menggosok gigi dengan membiarkan kran air terus mengalir dapat mengakibatkan sekitar 6 liter air bersih terbuang dengan sia-sia.
"Akhirnya, saya mengimbau kepada seluruh elemen masyarakat untuk memikul tanggung jawab yang sama terhadap kelestarian siklus air dan ketersediaan air bagi kehidupan kita,” tutup Putu Ayu.
(*)