Parapuan.co - Hari Air Sedunia atau World Water Day diperingati setiap 22 Maret.
Hari Air Sedunia 2022 ini diperingati dengan tema "Air Tanah: Membuat yang Tak Terlihat, Terlihat".
Di kesempatan ini, penting bagi kita untuk menyadari betapa pentingnya air untuk kehidupan.
Dalam rangka peringatan Hari Air Sedunia, Danone-AQUA menyelenggarakan Webinar yang bertajuk “Melestarikan Ketersediaan Air Dalam Menghadapi Perubahan Iklim”, yang digelar secara virtual pada Selasa (22/3/2022).
Dari data yang dikeluarkan oleh badan PBB yaitu World Meteorological Organization, sebagian besar negara di dunia tidak siap menghadapi krisis air, seperti banjir dan kekeringan yang diperkirakan akan memburuk seiring perubahan iklim.
Secara global, laporan tersebut menemukan 25% dari semua kota yang disurvei sudah mengalami kekurangan air secara berkala. Selama dua dekade terakhir, pasokan gabungan dari sumber air permukaan, air tanah, dan air yang ditemukan di dalam tanah, salju, dan es di planet ini telah menurun sampai 1 sentimeter per tahun.
Untuk itu dengan menggandeng para pemangku kepentingan mulai dari Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan juga Pegiat Media Sosial, acara ini diharapkan dapat memberikan perspektif yang lebih komprehensif bahwa kelestarian air dan perubahan iklim menjadi tantangan tersendiri dalam memastikan ketersedian air di masa kini dan masa depan. Oleh karena itu penting bagi pemangku kepentingan untuk bersama-sama menanggulanginya.
Peringatan World Water Day 2022 secara global mengusung tema Groundwater: Making the invisible, visible atau Air Tanah : membuat yang tidak terlihat, bisa dilihat dengan menitik beratkan pada pemanfaatan dan pengelolaan air tanah.
Air, terutama air tanah, adalah sumber daya yang paling umum digunakan untuk mendukung kebutuhan air minum, pertanian, sistem sanitasi, dan kebutuhan industri.
Baca Juga: Sambut Hari Air Sedunia, Ketahui 4 Masalah Penyebab Dehidrasi
Menurut data yang dirilis oleh FAO, sekitar 40 persen dari ketersediaan air dari lapisan akuifer digunakan untuk keperluan irigasi, terutama di negara-negara yang kekurangan sumber daya air. Memompa air tanah untuk keperluan irigasi menjadi pilihan yang termurah sehingga mempercepat proses kelangkaan air tanah.
Sejalan dengan itu, penggunaan pupuk dan pestisida juga dapat mengakibatkan penurunan kualitas air. Seiring dengan perubahan iklim yang terjadi, tentu saja proses kelangkaan air tanah ini akan semakin cepat lagi, baik secara kuantitas maupun kualitas.
Apa yang kita lakukan di atas permukaan tanah sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas air tanah yang ada. Oleh karena itu, aktivitas yang dilakukan dengan penuh tanggung jawab adalah kunci dari kelestarian dan perlindungan siklus air yang berkelanjutan.
Dr. Ir. Muhammad Rizal, M.Sc., Direktur Bina Teknik Sumber Daya Air Kementerian PUPR dalam sambutannya menjelaskan, Indeks pemakaian air di Indonesia menunjukkan bahwa beberapa tempat seperti di Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, serta Bali dan Nusa Tenggara mempunyai status kritis sedang sampai dengan kritis berat yaitu indeks pemakaian air mencapai 50% - 100% untuk berbagai keperluan seperti domestik, Industri dan pertanian.
"Ini merupakan tantangan yang dihadapi Indonesia, sehingga Kementerian PUPR harus menjawab dengan pembangunan infrastruktur dan pengelolaan sumber daya air yang ditujukan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat. Hal ini juga dilakukan untuk mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) terutama tujuan ke-6 yaitu Pemenuhan terhadap Air Bersih dan Sanitasi yang layak pada situasi dimana saat ini terjadi perubahan iklim yang cukup ekstrim sehingga secara bersamaan Indonesia juga harus memenuhi tujuan ke-13 dari SDGs yaitu Penanganan Perubahan Iklim," ujarnya.
“Keterlibatan masyarakat dan badan usaha dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam pengelolaan sumber daya air dan diharapkan kinerja infrastruktur yang telah terbangun dapat terjaga dengan lebih baik. Oleh karena itu kami mengapresiasi pihak AQUA – DANONE yang telah mengadakan peringatan Hari Air Sedunia 2022 untuk mengeratkan rasa tanggung jawab kita dalam menjaga kelestarian sumber daya air Indonesia," lanjut Muhammad Rizal.
Pengelolaan air secara terpadu berbasis Daerah Aliran Sungai (DAS) diperlukan untuk menjaga keseimbangan siklus air dan memastikan para pengguna air di sekitar DAS terhindar dari bencana, sehingga dapat mempertahankan mata pencahariannya.
DAS yang terkelola dengan baik dapat memastikan ketersediaan air tanah tetap terjaga memenuhi kebutuhan air di daerah hilir yang kebanyakan adalah daerah permukiman perkotaan dan kawasan industri.
Baca Juga: Hari Air Sedunia, Ini Manfaat Air Mineral untuk Kesehatan Manusia
“Sumber air yang tercemar menyebabkan pengelolaan terhadap kelestarian siklus air juga semakin menjadi sebuah proses yang sulit, di antaranya tentu saja biaya yang meningkat untuk memproses air tanah tersebut, bahkan untuk mencegah penggunaanya secara berlebihan.
"Masalah utamanya adalah kita tidak mengetahui secara pasti berapa banyak ketersediaan air tanah yang ada, yang artinya kita bisa saja gagal dalam proses pemanfaatan sumber-sumber air tanah yang vital, seperti misalnya di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS). Mengeksplorasi, melindungi, serta menggunakan air tanah secara berkelanjutan akan menjadi kunci untuk bertahan dan beradaptasi terhadap perubahan iklim dan efek dari semakin meningkatnya populasi manusia,” terang Tri Agung Rooswiadji, Footprint Program Manager, WWF Indonesia.
Hal ini juga berpengaruh pada kesehatan masyarakat, terutama bagi yang tinggal di daerah dengan air yang telah tercemar.
"Sangat penting untuk tubuh kita yang membutuhkan air. Air-air yang tercemar jelas akan berpengaruh untuk kesehatan. Terlebih masih banyak rumah tangga dan pabrik yang membuang air ke sungai, itu akan berbahaya bagi yang memanfaatkannya.
"Meski sudah banyak yang tidak membutuhkan air sungai, tapi itu akan mengontaminasi ikan-ikan di sungai dan pesisir, yg nantinya dikonsumsi, sehingga berdampak pada kesehatan," jelas Tri Agung.
Menjawab tantangan dan juga peluang yang salah satunya merupakan tanggung jawab pelaku industri, Danone-AQUA menyampaikan program dan inisiatifnya dalam melakukan usaha-usaha pelestarian siklus air dan juga ketersediaan air.
Selain itu upaya pengukuran keberhasilan dampak air positif juga telah dilakukan bersama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). BRIN melakukan validasi atas analisa dan kalkulasi dampak kepengurusan (Stewardship) aktivitas pengelolaan air yang dilakukan oleh Danone-AQUA dengan metode Volumetric Water Benefit Analysis (VWBA) di dua lokasi pabrik AQUA yaitu Mekarsari dan Babakanpari di sumber air Kubang.
Ratih Anggraeni, Head of Climate and Water Stewardship Danone Indonesia menjelaskan, Danone-AQUA berkontribusi dalam melindungi sumber daya air tanah secara menyeluruh dengan mengembalikan air ke dalam ekosistem, menggunakan air secara bertanggung jawab dan meningkatkan akses air bersih untuk masyarakat. Kami berkomitmen dalam menjaga sumber daya air untuk keberlanjutan lingkungan dan bisnis bersama masyarakat serta pemangku kepentingan.
"Kami menjaga kuantitas dan kualitas air di Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan menginisiasi penelitian hidrogeologi, program konservasi, dan pembentukan forum pengguna air untuk memastikan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan dalam mengelola DAS," ucap Ratih.
Baca Juga: Hari Air Sedunia: Hargai Air Demi Keberlanjutan Hidup Masa Depan
Dr. Sci. Rachmat Fajar Lubis, Peneliti Air Tanah BRIN mengatakan, pemahaman tentang ketersediaan air tanah harus terus diamplifikasi, karena dalam satu dekade ini persediaannya terus menurun.
"Metode kuantifikasi di 6 sektor yang terintegrasi di antaranya penanaman pohon, dan pembangunan sumur resapan untuk konservasi air hendaknya dapat dilakukan secara nasional karena akan sangat bermanfaat untuk memonitor ketersediaan air. Pada akhirnya diperlukan dukungan serta partisipasi untuk menjaga bangunan-bangunan konservasi air," jelas Dr. Sci. Rachmat Fajar Lubis.
Pada kesempatan ini hadir pula Putu Ayu Saraswati, Puteri Indonesia Lingkungan 2020 yang secara konsisten melakukan berbagai langkah peduli lingkungan dan melakukan advokasi di ranah media sosial.
“Saat ini saya melihat bahwa perubahan iklim dengan kenaikan suhu yang konstan di berbagai belahan dunia mengakibatkan semakin langkanya sumber air yang dapat digunakan oleh mahluk hidup. Namun terkadang perbuatan manusia itu sendiri yang mencemari sumber air, misalnya pembuangan limbah cair rumah tangga ke sungai, menggunakan pupuk dan pestisida kimia dan sebagainya,” ungkapnya.
Putu Ayu pun memberikan contoh wujud nyata yang dilakukannya untuk lebih hemat air.
“Contoh sederhana yang bisa kita lakukan sebagai wujud nyata peran kita sebagai bagian dari masyarakat adalah secara sadar berhemat air untuk kegiatan sehari-hari, misalnya dalam menyiram tanaman, mandi, mencuci, atau menggosok gigi. Proses menggosok gigi dengan membiarkan kran air terus mengalir dapat mengakibatkan sekitar 6 liter air bersih terbuang dengan sia-sia.
"Akhirnya, saya mengimbau kepada seluruh elemen masyarakat untuk memikul tanggung jawab yang sama terhadap kelestarian siklus air dan ketersediaan air bagi kehidupan kita,” tutup Putu Ayu.
(*)