Adapun dua opsi tersebut yakni pembatasan waktu bagi kendaraan yang berhenti di rest area atau pemanfaatan rest area.
Pembatasan waktu tersebut dilakukan karena biasanya pemudik yang beristirahat di rest area akan membeli makanan maupun oleh-oleh untuk keluarganya di kampung.
"Masyarakat dapat diarahkan untuk keluar ke kota terdekat sehingga dapat menggerakkan UMKM. Ini adalah strategi yang tidak hanya berpedoman pada keselamatan namun juga meningkatkan pendapatan UMKM," ucapnya.
3. Pergeseran Penggunaan Moda Transportasi
Menurut Budi, ada potensi pergeseran penggunaan moda transportasi selama periode mudik Lebaran tahun ini akibat dihapusnya tes antigen dan PCR sebagai syarat perjalanan.
Angkutan pribadi diprediksi masih tetap menjadi kendaraan yang terbanyak untuk digunakan saat mudik.
Sementara jumlah pemudik yang naik pesawat diperkirakan lebih banyak dibanding yang naik kereta api.
Dia memaparkan pemudik yang menggunakan mobil pribadi diperkirakan akan mencapai 21 juta orang dan pemudik sepeda motor mencapai 14 juta orang.
Selanjutnya, disusul oleh pengguna bus sebanyak 12 juta orang dan pesawat 9 juta orang.
Kemenhub mengimbau agar semua pihak yang terlibat dalam angkutan Lebaran tahun ini dapat memaksimalkan kinerjanya dengan baik.
"Kita tidak ingin banyak masyarakat yang mau pulang dan terhambat. Tidak bisa kita dengan persiapan biasa, harus dipersiapkan dengan baik," tutur Budi.
Baca Juga: Tinggal Menghitung Hari, Ini Perkiraan Awal Puasa Ramadan dan Idul Fitri 2022
(*)