Mengatasi hustle culture dengan slow living
Maka dari itu, alih-alih terus berkompetisi dalam keseharian dan bekerja keras tanpa berhenti sejenak untuk diri sendiri, pendiri klinik Ruang Tumbuh itu mengimbau untuk menerapkan slow living.
Menurutnya, slow living tidak sama dengan menunda pekerjaan, justru gaya hidup ini fokus pada bagaimana kamu memaknai hidup dengan lambat demi kesejahteraan mental.
"Konsepnya (slow living) bukan menjalani kehidupan yang lebih lambat, tetapi pas. Tidak lambat, tidak terlalu cepat," ungkapnya menekankan arti slow living.
Cara hidup lambat seperti ini pun juga bisa Kawan Puan terapkan dalam pekerjaan sehari-hari, sehingga kamu bisa berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain dalam hal pencapaian.
Lebih dari itu, untuk menyeimbangkan produktivitas sehari-hari dengan kesehatan mental, Ayank mengajak Kawan Puan untuk mencoba hal-hal baru di luar pekerjaan harian.
Ayank Irma mengatakan, melakukan hobi atau kegiatan baru di luar pekerjaan bisa memberikan keseimbangan di dunia yang serba kompetitif ini.
“Jadi maksimalkan berpikir kreatif untuk melakukan hal yang belum pernah dilakukan, sehingga ada kepuasan ketika melakukan itu. Karena pengalaman baru dapat menyeimbangkan apa yang sehari-hari kita kerjakan,” tutupnya. (*)
Baca Juga: Kenali Hustle Culture, Penyebab Pekerja Alami Burnout hingga Depresi