Maksudnya adalah lingkungan tidak cukup memberikan dukungan yang suportif ketika melihat anak autis berbeda.
"Jadi potensinya (gangguan kesehatan mental) sebetulnya enggak juga, karena sebetulnya kan gangguannya lebih kepada mereka mengomunikasikannya perasaannya," ujarnya.
Lebih lanjut Wita menjelaskan, anak dengan autisme itu sering kali kesulitan menyampaikan maksudnya, kemudian dia ingin berinteraksi tapi tidak bisa mengungkapkan.
"Mungkin kalau lingkungan kurang memberikan dukungan yang suportif memang akan jadi terhambat, bisa menjadi potensi hal-hal yang lain muncul," paparnya.
Wita kembali menegaskan bahwa bukan hanya anak autisme saja yang bisa mengalami masalah kesehatan mental karena lingkungkan, tapi anak tipikal pun berisiko sama.
Misalnya saja, apabila gangguan kecemasan terjadi itu karena pressure atau tekanan dari lingkungan.
"Tapi itu bukan hanya anak autis, anak normal kalau digituin juga bisa megalami kecemasan," tambahnya.
Dari paparan Wita di atas dapat disimpulkan bahwa anak pengidap autisme berpotensi mengalami masalah kesehatan mental apabila lingkungan tidak mendukung anak itu sendiri.
Baca Juga: Hari Kesadaran Autisme Sedunia, Hindari Mengucapkan 5 Kalimat Ini pada Orang Tua dengan Anak Autis
Oleh sebab itu, siapa pun yang berada di sekitar anak dengan autisme baik itu orang tua, kakak, adik, maupun keluarga lain, baiknya diminta terus mendampingi dan mendukung mereka.
Pasalnya lingkungan yang positif akan membuat anak dengan autisme memiliki kesehatan mental yang baik. (*)