Berangkat dari situ, Anisa ke sana ke mari untuk mencari konsultasi dan terapi dengan psikolog hingga dokter saraf.
Anisa dan suami pun harus menyesuaikan antara pekerjaan, mengurus anak, dan tantangan baru yang dihadapi.
"Tantangan justru ada pada diri saya sendiri. Label 'autisme' pada anak saya sudah jadi tantangan tersendiri," kata Anisa.
"Stres dan lelah itu pasti karena ada banyak perawatan khusus. Tapi, saya dan suami saling menguatkan bahwa anak kami bisa," lanjutnya.
Memang, membesarkan anak dengan autisme bisa menguras energi dan emosi sehingga para orang tua lebih rentan stres.
Kendati demikian, berdasarkan pengalaman Anisa, ia punya cara sendiri dalam mengelola stres sebagai orang tua dengan anak autis.
Sambil memperingati Hari Keasadaran Autisme Sedunia, ini dia pengalaman Anisa dalam mengelola stres yang bisa jadi inspirasi bagi Kawan Puan yang menghadapi hal serupa:
1. Proses menerima
Anisa tak menampik jika proses menerima kondisi autisme pada anak sangatlah sulit, ada pergolakan batin dan penolakan pada awalnya.
Baca Juga: Jelang Hari Kesadaran Autisme Sedunia, Ini Peran Pasangan Dukung Ibu dengan Anak Autisme