Bentuk Dukungan Misbar Cinema untuk Industri Film di Indonesia

Dian Fitriani N - Sabtu, 2 April 2022
Bentuk dukungan Misbar Cinema untuk industri film Tanah Air.
Bentuk dukungan Misbar Cinema untuk industri film Tanah Air. Instagram @misbar.cinema

Tak jarang film layar tancap sering dikaitkan dengan topik tabu, namun hal ini dibantah oleh Olivia.

Menurutnya film layar tancap di zaman dulu maupun sekarang, tergantung orang ingin menonton film apa.

"Jadi enggak ada tema tertentu terkait film layar tancap, apalagi sejarahnya layar tancap dulu orang-orang Belanda ada acara menonton bersama, kemudian dipertontonkan di ruang terbuka," jelas Olivia.

"Nah, orang pribumi menonton di belakangnya, jadi enggak menikmati secara layak, jadi yang diputar di layar tancap, film pada umumnya saja," tambahnya.

Tantangan Misbar Cinema

Sama seperti komunitas lainnya, Misbar Cinema pun memiliki tantangan tersendiri untuk memajukan komunenya.

"Karena skala kita terbilang kecil, jadi masih banyak belajar mengembangkan bioskop alternatif," tutur Olivia.

Ia menjelaskan hal tersebut, mulai dari mencari dana hingga bagaimana event tetap berjalan.

Selanjutnya, Olivia mengakui tantangan lainnya yakni mencari dukungan dari para pelaku dan industri film.

Bentuk Dukungan Misbar Cinema untuk Film di Indonesia

"Untuk saat ini kita menyediakan tempat putar, jadi bisa dibilang kita supporters di industri ini," ungkap Olivia.

Ia memaparkan harapannya, yakni membuat festival bersama komunitas lain, premier atau diskusi khusus terkait film.

"Itu sangat memungkinkan, tapi saat ini kita sebagai ruang putar alternatif saja lewat misbar," ujar Olivia.

Bagi kamu yang ketinggalan acara live Instagram di atas, Kawan Puan bisa menyaksikan Puan Talks edisi Hari Film Nasional ini melalui laman Youtube dan Facebook Cerita Parapuan ya!(*)

Baca Juga: Sambut Hari Film Nasional, Puan Talks Akan Bicara tentang Ruang Aman untuk Perempuan Berkarya

Sumber: Instagram,Wawancara
Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh


REKOMENDASI HARI INI

Representasi Karakter Perempuan dalam Game, Inklusivitas atau Eksploitasi?