Tidak lantas menyerah, Herawati pun akhirnya memilih Amerika atas dorongan ibunya untuk mempelajari sosiologi di Universitas Columbia, New York.
“Saya berangkat ke Amerika sendiri, menumpang kapal laut selama 20 hari,” cerita mendiang Herawati kepada Kompas.com, sepuluh tahun lalu, dikutip Minggu (3/4/2022).
Erat dengan media
Saat masih mengenyam pendidikan di Amerika, Herawati juga pernah mengambil kuliah musim panas jurnalistik di Universitas Stanford, California, karena ketertarikannya dengan dunia tulis-menulis.
Pada tahun 1942, sepulangnya dari Amerika, ia pun akhirnya memulai sepak terjangnya sebagai jurnalis dengan bekerja menjadi wartawan lepas di kantor berita United Press International (UPI).
Tak lama sejak ia bergabung dengan UPI, Herawati menjadi penyiar radio di Radio Hoso Kyoku.
Ia kemudian menikah dengan Menteri Penerangan era Soeharto, Burhanuddin Mohammad Diah, yang saat itu bekerja di Koran Asia Raya.
Pada 1 Oktober 1945, Herawati dan sang suami akhirnya membangun Harian Merdeka untuk mengisi ruang intelektual pasca Proklamasi Kemerdekaan.
Selain mengembangkan Harian Merdeka, ia juga mendirikan dan memimpin The Indonesian Observer yang merupakan koran berbahasa Inggris pertama di Indonesia.
Baca Juga: Angelina Sondakh, Mantan Puteri Indonesia yang Keluar dari Penjara Usai 10 Tahun