The Indonesian Observer pertama kali terbit dan dibagikan di Konferensi Asia Afrika (KAA) yang digelar di Bandung, Jawa Barat pada tahun 1955.
Sementara Harian Merdeka berganti tangan pada akhir tahun 1999, eksistensi The Indonesian Observer bertahan sampai tahun 2001.
Tak hanya berkiprah sebagai jurnalis
Pekerjaan Herawati sebagai seorang jurnalis mengantarkannya pada kesempatan untuk ikut serta dalam All-India Women’s Congress pada tahun 1948 sebagai delegasi.
Dalam kesempatan itu, Siti Latifah Herawati Diah bahkan berkesempatan untuk bertemu dengan pimpinan besar India, yakni Mahatma Gandhi.
Kiprahnya sebagai sosok pejuang perempuan pun tak hanya di dunia jurnalistik, ia merupakan pimpinan upaya mendeklarasikan Kompleks Candi Borobudur sebagai situs warisan dunia UNESCO.
Herawati juga merupakan seorang advokat yang aktif menyuarakan hak-hak perempuan semasa hidupnya.
Ia tercatat sebagai salah satu komisioner pertama Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan).
Baca Juga: Mengenal Beverly Cleary, Penulis Buku Anak Legendaris Asal Amerika
Pada tahun 1999, menjelang pemilihan umum (pemilu), Herawati bersama Debra Yatim mendirikan Gerakan Perempuan Sadar Pemilu (GPSP) yang kini bernama Gerakan Pemberdayaan Suara Perempuan.
Hingga usianya yang tak lagi muda, semangat Herawati tetap berapi-api, ia pun ikut serta dalam mendirikan Hasta Dasa Guna yang merupakan sebuah perkumpulan perempuan berusia di atas 80 tahun.
Siti Latifah Herawati Diah meninggal dunia pada 30 September 2016 di Rumah Sakit Medistra Jakarta, di usianya yang ke-99 tahun.
Jasad tokoh perempuan inspiratif itu kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, berdampingan dengan makan sang suami, Burhanuddin Mohammad Diah.
(*)