3. Mereka membuat pasangan merasa tidak enak karena mengungkapkan kekhawatirannya
Jika korban mengajukan pertanyaan atau memberi saran, manipulator emosi hampir pasti akan merespons secara agresif atau mencoba mengajak untuk berdebat.
Metode ini memungkinkan mereka untuk mengontrol tindakan dan pilihan kita.
Mereka bahkan mungkin mencoba membuat kita untuk merasa bersalah karena menyuarakan keprihatinan sejak awal.
4. Korban mencoba mengabaikan tanda bahaya
Tanda bahaya pertama bisa berupa perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang tidak beres.
Tanda lainnya adalah fakta bahwa diri sendiri menyadari bahwa akan terus melakukan hal-hal yang tidak ingin dilakukan.
Sinyal tersebut biasanya diabaikan dengan terus mengatakan pada diri sendiri bahwa semuanya baik-baik saja.
Padahal, kita boleh langsung menyampaikan apa yang dirasakan, seperti kesal karena setiap kali meminta pasangan untuk menghabiskan waktu bersama, dia memilih main bersama teman-temannya.
Namun jika membicarakannya dengan pasangan, kita takut pasangan jengkel dengan kita.
Kemudian percakapan pun akan beralih ke bagaimana kita terlihat telah mengganggu waktunya dengan teman-temannya.
Setelah itu, kita pun lupa apa yang akan kita katakan dan malah mencoba menenangkan pasangan.
Jadi, itulah beberapa tanda adanya manipulasi dalam hubungan suami istri.
Perlu dipahami, perubahan perilaku buruk pasangan menjadi baik memang bukan suatu hal yang mustahil, tetapi harus diprakarsai oleh kemauan dirinya sendiri.
Inilah mengapa penting untuk memprioritaskan diri sendiri dan menyusun strategi untuk menetapkan batasan yang jelas dengan pasangan.
Baca Juga: Bagaimana Cara Mengapresiasi Perjuangan Pasangan? Coba Lakukan Ini
(*)