Hal itu yang dirasakan oleh Na Hee Do yang tumbuh tanpa kasih sayang orang tua sepenuhnya dan menghabiskan hari dalam kesendirian.
Na Hee Do sebagai karakter perempuan utama digambarkan sangat berdaya, dengan sisi kerapuhan yang manusiawi bagi seorang anak SMA.
Pertemuannya dengan Baek Yi Jin menjadi titik perubahan hidup Na Hee Do tanpa menghilangkan keutuhannya sendiri sebagai seorang perempuan pemimpi.
Twenty Five Twenty One menciptakan jalan menuju mimpi yang terjal dan berliku, ketakutan dan keraguan yang nyata menjadi makanan sehari-hari bagi Na Hee Do.
Ketika kemenangan sudah digenggamnya, tantangan bagi Na Hee Do tidak beralih menjadi proses menuju kedewasaan yang membentuk jati dirinya sebagai perempuan muda.
Tak hanya Na Hee Do, karaker muda-mudi lainnya juga sedang dalam proses kedewasaan dan meraih mimpi yang sama sulitnya.
Mimpi terbesar Na Hee Do adalah menjadi rival dari Ko Yu Rim, atlet anggar perempuan peraih medali emas sebelumnya.
Dalam drakor, lawan dari protagonis yang kita biasa kenal dengan nama karakter antagonis digambarkan secara terbatas.
Namun, Twenty Five Twenty One menjamah hati penonton dengan memperkenalkan kerapuhan sosok dingin Ko Yu Rim yang akhirnya mengungkap bahwa Yu Rim punya tantangan yang berbeda namun sama sulitnya dengan Na Hee Do.
Baca Juga: Twenty Five Twenty One Tamat, Ini 5 Scene yang Jadi Favorit Para Pemain