Pentingnya Digitalisasi UMKM demi Percepat Pemulihan Industri Pariwisata

Aghnia Hilya Nizarisda - Kamis, 7 April 2022
Digitalisasi UMKM membantu pelaku perjalanan dan mempercepat pemulihan industri pariwisata.
Digitalisasi UMKM membantu pelaku perjalanan dan mempercepat pemulihan industri pariwisata. lechatnoir

“Memasuki 2022, sektor pariwisata terlihat mulai membaik dengan pertumbuhan wisatawan mancanegara sejumlah 143.000 atau meningkat 13,6% dibanding tahun sebelumnya." ujarnya.

"Sektor pariwisata sebagai salah satu kontributor utama pertumbuhan ekonomi nasional diharapkan mampu tumbuh 4,3% pada tahun ini," tambah Airlangga.

"Untuk mempercepat pemulihan sektor pariwisata, optimalisasi pemanfaatan platform digital dapat menjadi salah satu cara meningkatkan daya saing para pelaku usaha, mempromosikan destinasi wisata, serta memudahkan akses masyarakat kepada kebutuhan perjalanan,” jelasnya.

Peluang sektor pariwisata pulih dari pandemi pun semakin besar dengan ditetapkannya Indonesia sebagai tuan rumah dari perhelatan KTT G20 tahun ini.

Acara berskala internasional ini diharapkan menjadi jembatan dalam mempromosikan ketahanan dan potensi pariwisata Indonesia pasca-pandemi yang aman dan nyaman bagi pelaku perjalanan.

Pemanfaatan platform digital pun menjadi semakin penting bagi para wisatawan untuk mendapatkan pengalaman perjalanan yang aman, nyaman, dan seamless selama di Indonesia.

Tak ayal, para pelaku usaha berbondong-bondong untuk mendigitalisasi layanannya agar roda bisnisnya dapat terus berjalan, salah satunya yaitu melalui kemitraan dengan superapp.

Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga, turut menyampaikan pendapatnya akan pentingnya digitalisasi UMKM untuk industri pariwisata.

"Perkembangan industri digital memberikan peluang bagi para pelaku usaha, terutama UMKM, untuk melakukan transformasi digital," ungkapnya.

Baca Juga: Anti Pusing, Ini 5 Hidden Gem Wisata Eropa yang Cocok untuk Healing

Sumber: Press Release
Penulis:
Editor: Aghnia Hilya Nizarisda


REKOMENDASI HARI INI

Representasi Karakter Perempuan dalam Game, Inklusivitas atau Eksploitasi?