"Selama beberapa tahun terakhir, tren seperti 10 atau 12 step skincare routines telah membuat beberapa konsumen kewalahan. Ini adalah langkah menuju rezim yang lebih lambat dan lebih sederhana yang paling sesuai untuk individu," ujar Nia Pejsak, advisor strategist di perusahaan intelijen tren Stylus.
Menurutnya, slow beauty menjadi pendekatan yang lebih baik dalam menerapkan perawatan pada diri sendiri.
Lantas bagaimana cara menerapkan slow beauty dalam gaya hidup kita?
Menurut Pejsak, Kawan Puan bisa mencari brand kosmetik yang berkualitas sambil memraktikkan konsep berkelanjutan dan sadar lingkungan di dalamnya.
Misalnya menggunakan bahan yang ramah lingkungan hingga kemasan yang bisa didaur ulang.
Hal ini juga sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Aretha Aprilia, pakar manajemen limbah dan energi, saat diwawancarai oleh PARAPUAN.
Ia mengatakan bahwa kita perlu mengubah gaya hidup untuk tak lagi bersikap konsumtif.
Salah satu caranya dengan memakai lebih sedikit skincare atau kosmetik yang mahal, berkualitas, namun efektif, alih-alih menggunakan produk yang murah tapi dalam jumlah banyak.
“Jadi lebih sustainable, terapkan quality over quantity,” ujarnya mengingatkan.
Baca Juga: Bagus untuk Kulit, Ini 3 Cara Menerapkan Slow Beauty yang Jadi Tren Selama Pandemi
“Untuk skincare pun kita bisa fokus pada produk yang bagus. Tidak apa mahal sedikit, tapi tidak perlu layering banyak-banyak,” papar Aretha lagi pada PARAPUAN.
Dengan kata lain, slow beauty adalah soal gaya hidup yang perlu diterapkan dalam jangka panjang.
Karena gaya hidup ini bukan hanya baik untuk kecantikan, tapi juga aman untuk lingkungan.
(*)
Baca Juga: Limbah Skincare dan Kosmetik Kian Mengancam, Apa yang Bisa Kita Lakukan?