Biasa Dialami Laki-Laki, Ketahui Risiko Hemofilia pada Perempuan

Maharani Kusuma Daruwati - Minggu, 17 April 2022
Hemofilia pada perempuan
Hemofilia pada perempuan Tharakorn

Perempuan juga dapat menderita hemofilia, tetapi jauh lebih jarang.

Ketika seorang perempuan menderita hemofilia, kedua kromosom X terpengaruh atau salah satunya terpengaruh dan yang lainnya hilang atau tidak berfungsi.

Pada perempuan, gejala perdarahan bisa mirip dengan pria dengan hemofilia.

Ketika seorang perempuan memiliki satu kromosom X yang terpengaruh, dia adalah "pembawa" hemofilia.

Menjadi perempuan pembawa hemofilia tidak sama dengan memiliki hemofilia, meskipun pembawa perempuan mungkin mengalami gejala hemofilia.

Seorang pembawa perempuan juga dapat mewariskan kromosom X yang terkena kepada anak-anaknya.

Kadang-kadang perempuan dengan gejala perdarahan tidak diperiksa untuk hemofilia karena sering kali ada kesalahpahaman bahwa perempuan tidak dapat menderita hemofilia tetapi hanya dapat menjadi pembawa.

Dengan demikian, perempuan dengan hemofilia mungkin tidak mendapatkan diagnosis yang akurat. Meskipun perempuan lebih jarang mengalami hemofilia jika dibandingkan dengan pria, perempuan juga bisa memiliki kondisi tersebut.

Penting untuk meningkatkan kesadaran tentang fakta ini untuk membantu perempuan dengan hemofilia menerima perawatan dan dukungan yang mereka butuhkan untuk hidup sehat.

Baca Juga: 3 Akibat jika Lupa Sahur Menurut Dokter Gizi, Gula Darah Bisa Turun!

Gejala

Seperti dikutip melalui Mayo Clinic, tanda dan gejala hemofilia bervariasi, tergantung pada tingkat faktor pembekuannya. 

Jika tingkat faktor pembekuan sedikit berkurang, kamu mungkin mengalami pendarahan hanya setelah operasi atau trauma. 

Jika kekurangannya parah, kamu bisa berdarah dengan mudah tanpa alasan yang jelas.

Tanda dan gejala perdarahan spontan meliputi:

  • Pendarahan yang tidak dapat dijelaskan dan berlebihan dari luka atau cedera, atau setelah operasi atau perawatan gigi
  • Banyak memar besar atau dalam
  • Pendarahan yang tidak biasa setelah vaksinasi
  • Nyeri, bengkak, atau sesak pada persendian
  • Darah dalam urin atau tinja
  • Mimisan tanpa diketahui penyebabnya
  • Pada bayi, iritabilitas yang tidak dapat dijelaskan

(*)

 

Sumber: Mayo Clinic,CDC
Penulis:
Editor: Maharani Kusuma Daruwati


REKOMENDASI HARI INI

Kurikulum Merdeka Beri Literasi Finansial untuk Siswa, Bagaimana Aplikasinya?