Karena mulai banyak negara yang mempraktikkannya, istilah diplomasi publik muncul dan dipopulerkan oleh mantan diplomat Amerika, Edmund Gullion.
Edmund sengaja mengganti istilah propaganda dengan diplomasi publik hadir.
Menurut Edmund, istilah propaganda terkesan negatif dibanding diplomasi publik.
Selain itu, diplomasi publik juga merupakan langkah sebuah negara untuk mengenalkan kebijakan luar negerinya pada negara luar.
Berdasarkan kegunaannya menurut Encyclopaedia Britannica, diplomasi publik dibagi menjadi dua kategori, yakni komunikasi antar budaya dan advokasi politik.
Komunikasi antarbudaya adalah salah satu kegunaan diplomasi publik untuk mengenalkan citra sebuah negara ke negara lain.
Hal itu dapat membantu tiap negara memahami dan mengenal budaya satu sama lain.
Bentuk diplomasi publik berkontribusi untuk menguatkan hubungan aliansi politik maupun kerja sama antarnegara.
Berbeda dengan komunikasi antarbudaya, kegunaan diplomasi publik sebagai advokasi politik diperuntukkan memperoleh dukungan dari negara luar.
Baca juga: Supeni, Diplomat Perempuan Andalan Soekarno Saat Konferensi Asia Afrika 1955
Dukungan tersebut membantu meredakan tensi konflik antarnegara yang sedang mengalami permasalahan.
Biasanya untuk melakukan advokasi politik, negara menggunakan lembaga swasta, organisasi, atau media asing, untuk menggalang dukungan.
Seperti saat serangan militer dari Irak yang berada di bawah pimpinan Saddam Husein menyerang Kuwait.
Kuwait lalu berupaya menggalang perhatian dari masyarakat serta pimpinan Amerika Serikat untuk meminimalisasi serangan Irak.
Akhirnya, Kuwait bekerja sama dengan firma hubungan masyarakat (humas) Amerika Serikat, guna menginformasikan bahwa Kuwait perlu dibebaskan dari kediktatoran Saddam Husein.
Kawan Puan, demikian tadi makna diplomasi publik yang juga dipakai sebagai strategi politik dalam Konferensi Asia Afrika. (*)