Ia mengaku membuka toko nol sampah ini, karena melihat ada peluang bisnis khususnya di Kota Malang.
"Alasan mendirikan di Malang, karena aku pribadi orang asli Malang. Pas aku kembali ke Malang, aku melihat orang yang membuka bulk store itu nggak ada. Masih banyak juga yang belum mengenal bulkstore itu gimana," jelas Cindy.
Bisnisnya berdayakan sesama perempuan
Perempuan kelahiran tahun 1996 ini, juga menceritakan asal usul nama usahanya.
"Usaha ini dinamakan Estri karena sebagian besar produknya diproduksi oleh ibu-ibu," kata Cindy.
Cindy bahkan bekerjasama dengan ibu PKK dan para perempuan yang kehilangan pekerjaan saat pandemi kemarin.
"Beberapa produk seperti telang dan lemon, diproduksi oleh petani perempuan lokal Malang. Selain itu, aku juga bekerja sama dengan ibu-ibu PKK dan ibu-ibu yang di PHK dari pabrik rokok akibat pandemi," cerita Cindy.
Saat akan mengakhiri obrolan, Cindy menceritakan fakta lucu soal anggapan masyarakat tentang bulk store.
"Waktu awal buka toko ini, banyak yang mengira ini itu kayak toko yang menjual obat herbal," cerita Cindy sambil tertawa.
"Akhirnya lama-lama orang mulai mengenal dan mulai membawa wadah sendiri saat berbelanja. Namun warga khususnya tetangga baru tersadar hal tersebut sekitar setahunan," tambahnya.
Sebelum menutup percakapan, Cindy berbagi cerita soal omzet yang ia dapatkan dari bisnis bulk store.
"Awal berdiri belum mendapatkan untuk apalagi pas pandemi. Kalau sekarang sudah berjalan dua tahun, Rp 11 juta dari marketplace saja," tutup Cindy.
Kawan Puan, demikian tadi profil mengenai sosok Cindy Aisyah yang tetap berusaha mencintai bumi lewat aksinya sambil berbisnis. (*)