Parapuan.co - Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) telah memasukkan vaksin kanker serviks atau vaksin HPV sebagai program imunisasi nasional.
Kabar baik ini tentu mendapatkan sambutan antusias dari masyarakat Indonesia karena kesehatan perempuan menjadi prioritas.
Pasalnya, kanker serviks menjadi pembunuh perempuan terbanyak kedua di dunia, setelah kanker payudara.
Kanker Serviks dan Vaksinasi HPV
Kanker serviks adalah sel-sel abnormal yang tumbuh di mulut rahim atau serviks pada organ intim perempuan.
Pemicu utama kanker serviks adalah infeksi Human papillomavirus (HPV), yang menginfeksi sel-sel normal pada serviks.
Semakin banyak sel-sel yang terinfeksi dan berubah (metaplasia), maka tingkat keparahan penyakit akan meningkat.
Oleh karena itu, vaksinasi HPV atau vaksin serviks sangat diperlukan guna membentuk imunitas tubuh untuk mengenali virus agar tidak bermutasi menjadi sel kanker.
Selain itu, vaksin HPV penting dilakukan karena adanya peningkatan risiko kanker serviks bagi perempuan yang sudah aktif secara seksual.
Baca Juga: Dokter Obgyn Ungkap Fakta Kanker Serviks dan Pentingnya Vaksinasi HPV
Lantas, bolehkan berhubungan intim sebelum dan setelah vaksinasi HPV?
Seiring dengan antusiasme pencegahan kanker serviks, ternyata banyak masyarakat yang bertanya seputar hubungan intim dan vaksin HPV.
Hal itu dijawab oleh dr. Andy Wijaya, Sp.OG, dokter spesialis obstetri dan ginekologi di Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta.
"Boleh, tidak masalah berhubungan intim sebelum dan setelah vaksinasi HPV," ujar dr. Andy saat dihubungi PARAPUAN, (21/4/2022).
Ia mengatakan, tidak ada hubungan antara berhubungan intim dengan efek samping dari vaksinasi HPV.
"Efek sampingnya seperti nyeri di bekas suntikan, pegal-pegal, dan cekit-cekit relatif sangat minimal," kata dr. Andy.
Deteksi Dini
Bagi perempuan yang aktif secara seksual, ada dua cara medeteksi dini kanker serviks, yaitu Pap Smear dan IVA Test (Inspeksi Visual Asam Asetat).
"Selain pencegahan dengan vaksin HPV, deteksi dini yang paling efektif dan efisien adalah Pap Smear dan IVA Test," jelas dr. Andy.
Baca Juga: Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan: Ketahui Tentang Pap Smear
Sebagai informasi, Pap Smear adalah prosedur deteksi dini potensi kanker serviks yang direkomendasikan minimal satu tahun sekali.
Sementara itu, IVA Test adalah pemeriksaan untuk melihat adanya sel yang mengalami displasi sebagai salah satu skrining kanker serviks.
Menurut dr. Andy, kedua metode deteksi dini tersebut sangat efektif dan bisa dilakukan secara gratis di puskesmas.
"Sudah dilakukan program pemerintah setiap puskesmas ada, gratis bagi masyarakat sebagai upaya mencegah terjadinya kanker serviks," terang dr. Andy.
Bagaimana dengan perempuan yang belum aktif secara seksual?
Bagi anak-anak dan perempuan dewasa yang belum aktif secara seksual, tidak perlu melakukan Pap Smear dan IVA Test.
Sebab, dalam melakukan kedua metode deteksi dini tersebut perlu bantuan alat yang dimasukkan ke organ intim perempuan.
"Pap Smear dan IVA Test tidak perlu dilakukan bagi perempuan yang tidak aktif secara seksual, agar tidak merusak virginitasnya," kata dr. Andy.
Nah, itulah penjelasan dari dr. Andy seputar vaksinasi HPV, hubungan intim, dan deteksi dini ya, Kawan Puan.
Stay healthy!
Baca Juga: Kesehatan Reproduksi Perempuan: Mengenal ThinPrep, Metode Deteksi Dini Kanker Serviks
(*)