Hal tersebut juga sempat dialami Serafi selama perjalanan kariernya sebagai sprinter.
"Demotivasi saya rasakan di 7 tahun terakhir karena di 2016 saya cedera berat yang membuat saya dihadapkan sebuah pilihan untuk pensiun dini atau rehabilitasi total," ungkapnya.
Berdasarkan penuturannya, jika ia memilih rehabilitasi total maka ia harus menyerahkan gelar juaranya kepada orang lain di PON 2016 dan proses rehabilitasi total akan memakan waktu yang cukup lama.
Kondisi tersebut pun membuat Serafi bertanya-tanya mengenai kemampuan dirinya sendiri.
"Kondisi itu membuat saya mempertanyakan kemampuan saya, tapi Puji Tuhan saya punya support system yang luar biasa dalam mengingatkan bahwa saya ada di titik yang sudah tidak boleh menyerah," terangnya.
Dukungan besar dari support system pun mendorongnya untuk berusaha bangkit kembali meskipun terasa sangat berat.
"Bangkit setelah gagal memang saya rasakan berat sekali, tapi ketika bisa mendobrak itu kita akan tahu bahwa kita punya kemampuan yang luar biasa,"
Setelah melewati fase sulit tersebut, ia meyakini bahwa saat seseorang berada dalam kondisi terdesak maka ia akan menjadi lebih kuat.
"Karena di titik itu saya mendobrak banyak hal, termasuk ketika dokter mengatakan 'kamu enggak bisa sembuh, kamu enggak bisa lari di 2020' dan saya menantang diri saya, apakah saya kuat atau tidak," jelas Serafi.
Belum sampai di situ, ketika ia ada di masa akan kembali menjadi juara, hal buruk kembali menimpanya.
Pada tahun 2018, Serafi kembali cedera setelah tertimpa besi seberat 120 kg dan membuatnya sulit untuk bisa kembali berjalan.
"Tapi saya bilang ke dokternya 'di 2019 saya harus ikut kualifikasi PON dan dalam waktu 6 bulan saya harus sudah bisa lari', saya menantang dokternya dan diri saya," tutur Serafi.
Akan tetapi, menurutnya, sebelum menantang diri sendiri, kita harus yakin dan percaya pada diri sendiri.
Jika sudah begitu, maka kita pun bisa melakukan apa yang sudah diyakini.
"Ketika sudah yakin, saya calmdown dulu bicara pada diri sendiri 'saya mampu, saya sudah terlalu jauh untuk menyerah dan i do it' dan 6 bulan kemudian saya lari di kualifikasi PON,"
Dalam kesempatan tersebut, Serafi juga mengingatkan, dalam meraih mimpi jangan fokus pada orang lain yang tidak mengerti proses pencapaiannya.
Sekalipun fokus pada kesuksesan yang diraih orang lain, harusnya yang dipertanyakan adalah bagaimana cara mereka menghadapi kegagalannya untuk bisa menjadi sukses. (*)
Baca Juga: Sempat Dilarang, Ini Perjuangan Voice of Baceprot Wujudkan Mimpi Jadi Band Metal Internasional