Parapuan.co - Celana kulot merupakan salah satu jenis celana favorit banyak perempuan, terutama di kalangan perempuan berhijab.
Tak hanya nyaman untuk dikenakan, kulot memang cocok dipakai untuk aktivitas atau acara apapun, membuatnya menjadi salah satu fashion item versatile yang wajib dimiliki.
Selain itu, kulot juga bisa memberikan kesan chic saat dipakai. Namun ternyata, dalam perkembangannya, jenis celana ini kerap menuai kontroversi, lo.
Pertama kali dipakai oleh laki-laki militer, kulot di masa lampau memiliki potongan longgar dengan panjang mendekati lutut, kemudian seiring berjalannya waktu, ia mulai dipakai oleh perempuan.
Untuk mengetahui lebih lanjut sejarah sekaligus evolusi dari celana kulot, berikut ini perkembangannya dari masa ke masa, sebagaimana dikutip dari Vogue.
Tahun 1910-an
Pada tahun 1911, seorang perancang busana asal Prancis, Paul Poiret dan rekan perancang lainnya, meluncurkan kulot untuk para perempuan.
Kala itu, fashion masih belum bisa menerima celana untuk perempuan karena dianggap memberikan kesan maskulin pada perempuan.
Baca Juga: Modis, Intip Ide Mix and Match Pakai Celana Kulot ala Kate Middleton Yuk
Makanya, saat itu kulot sempat mengalami kontroversi karena alasan tersebut hingga dilarang dipakai di sejumlah teater.
Tahun 1930-an
Kemudian pada tahun 1931, perancang busana Elsa Schiaparelli mulai terlihat memamerkan kulot dan memakainya di London.
Walaupun sudah bertahun-tahun sejak pertama kali Paul Poiret menyebabkan kontroversi akibat kulot rancangannya, namun kulot yang dipakai oleh Elsa Schiaparelli masih belum diterima.
Hanya saja, di tahun 1930-an, kulot sudah mulai identik dengan celana untuk gaya kasual ataupun celana untuk dipakai di rumah.
Tahun 1960-an
Perancang busana asal Amerika, Norman Norell, kemudian kembali memperkenalkan kulot dalam sebuah acara mode, yang saat itu dianggap sebagai gebrakan baru dalam fashion.
Baca Juga: Tampak Awet Muda, Intip Ide Mix and Match Pakai Celana ala Dian Nitami
“Untuk pertama kalinya dalam sejarah mode modern, seorang desainer telah mendasarkan seluruh koleksi jas dengan rok yang terbagi (celana),” demikian bunyi sebuah artikel yang mengangkat acara tersebut.
Peragaan busana yang digelar oleh Norell berhasil dianggap sebagai gerakan berani, yang kemudian memberikan pengaruh pada perkembangan kulit di dunia mode.
Dengan cepat, celana kulot menjadi gaya yang disukai oleh para anak muda, hingga muncul di fashion line Twiggy.
Tahun 1970-an
Di tahun ini, separate dressing seperti celana mulai booming, di mana perancang busana asal Amerika, Perry Ellis, mengantarkan tampilan alami yang setara dalam hal pakaian.
Terkenal akan rancangannya yang sophisticated sekaligus aesthetic, Ellis kerap meniru pakaian laki-laki untuk diadaptasi ke pakaian perempuan, tak terkecuali kulot.
Tahun 1980-an
Baca Juga: Punya Banyak Pilihan, Ini 5 Jenis Celana Ripped Jeans dalam Fashion
Putri Diana pernah terlihat memakai celana kulot berbahan velvet pada tahun 1981, yang mana saat itu celana tersebut berhasil mencuri perhatian banyak orang.
Tak heran, apapun yang dipakai oleh Diana memang terus populer dan menjadi tren, sehingga munculah istilah Diana Effect.
Tahun 2010-an
Tahun 2010-an hingga saat ini, celana kulot masih terus populer dan disukai oleh banyak perempuan.
Berbagai brand fashion high end pun tak ketinggalan mengeluarkan koleksi celana kulotnya, misalnya saja Celine yang meluncurkan kulot ala tahun 1970-an.
Kawan Puan, itu dia sejarah dan evolusi celana kulot dari masa ke masa yang awalnya merupakan celana laki-laki, namun ternyata populer di kalangan perempuan saat ini.
Apakah kulot juga merupakan jenis celana yang menjadi favoritmu? (*)
Baca Juga: Celana hingga Rok Mini, Ini Bukti Fashion Jadi Alat Gaungkan Kesetaraan