"Sempat ada rasa nggak suka dan penolakan dari dalam diri, karena merasa "saya itu ngapain? Ini itu bukan mengajar. Saya tidak memegang, saya tidak bisa membetulkan kaki," cerita Putri.
Pencapaian Putri sebagai seorang Putri
Putri mengaku tidak membutuhkan pencapaian formalitas seperti piala atau piagam sebagai seorang penari.
Sebagai seorang guru tari, pencapaian yang paling membanggakan ialah melihat muri-murid yang awalnya tidak bisa menari, tapi akhirnya bisa menari dan tampil dengan baik di panggung.
"Melihat murid yang sudah berlatih berbulan-bulan lalu berpentas dan tampil dengan baik, menurut saya itu adalah pencapaian yang luar biasa," ujar Putri.
"Kedua, saya bisa membuat garapan pertunjukkan yang menghibur dan menginspirasi orang-orang," lanjutnya.
Tertarik dengan isu feminisme
Selain berprofesi sebagai seorang penari dan penulis, Putri ternyata juga aktif menyuarakan isu perempuan dan feminisme melalui akun media sosial.
Sesekali terlihat, Putri pernah ikut berdemo menyuarakan suaranya di depan gedung DPR RI untuk mendukung pengesahan UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual yang kini telah disahkan.
"Sejujurnya saya adalah penyintas KDRT (kekerasan dalam rumah tangga). Jadi tahun 2004, saya menjadi single mom. Saya merasa harus menolong diri sendiri dari kekelaman masa lalu, dan hal itu membuat saya untuk membantu siapa saja yang bernasib seperti saya," cerita ibu dua anak ini.
"Sejak saat itu, saya mulai berteman dengan teman-teman aktivis perempuan dan sering dilibatkan dalam aksi demo untuk menyuarakan aspirasi."
"Menurut saya, pada dasarnya setiap orang itu feminis jika kita percaya perempuan posisinya sama dengan laki-laki yang haknya juga harus dihormati," tambahnya lagi.
Demikian tadi seluk beluk mengenai sosok Ni Ketut Putri Minangsari atau yang kerap disapa oleh murid-muridnya "Mbok".
Nah, apakah Kawan Puan juga tertarik untuk menjadi penari seperti Putri? (*)