“Jadi memang dari kecil selalu dibawa ke IKJ. Dan dari kecil ibu dan bapak selalu menyibukkan anak-anaknya dengan berbagai les tari, musik, dan lain-lain, pokoknya kita harus selalu kreatif,” cerita Sita kepada PARAPUAN, Jumat (29/4/2022).
“Bahkan kita sempat beberapa tahun tinggal di Kanada, di sana pun aku juga melanjutkan beraneka ragam les tari,” pungkas alumnus jurusan Sastra Prancis di Universitas Indonesia itu.
Walaupun demikian, Sita mengaku bahwa saat kecil ia tidak ingin menjadi penari. Alasannya cukup realistis, yakni karena saat itu profesi penari memiliki penghasilan yang tidak seberapa.
“Tapi aku ingat waktu kecil itu enggak mau jadi penari karena enggak mau jadi miskin. Karena saat itu tahun 1990-an, penari enggak seperti saat ini yang memiliki peluang karier luas,” kenangnya sambil tertawa.
Aktif menari sejak usia belia, Sita Tyasutami bercerita bahwa dirinya sudah mulai mengajar tari sejak usianya baru menginjak 15 tahun.
Kemudian, sejak duduk di bangku kuliah, ia terus mengikuti dan terlibat dalam berbagai kegiatan seni tari hingga akhirnya menjadi penari profesional.
Jika dilihat di akun LinkedIn miliknya, Sita aktif sebagai penari profesional sejak tahun 2005 dan sebagai koreografer sejak tahun 2010.
Namun sayangnya, karena terlalu aktif menari, Sita harus mengalami cedera yang membuatnya tak lagi bisa menjadi penari penuh waktu.
Baca Juga: Profil NH Dini, Penyair Indonesia yang Sering Membicarakan Masalah Perempuan Lewat Karyanya