Parapuan.co - Belakangan ini, beberapa anak muda bisa menjadi generasi sandwich.
Menjadi generasi sandwich bukanlah perkara yang mudah, Kawan Puan.
Sebab, seseorang yang termasuk generasi sandwich harus menghidupi dirinya dan juga keluarga-keluarganya.
Secara istilah, generasi sandwich sendiri berarti seseorang yang menanggung beban dua keluarga sekaligus, yakni beban orang tuanya dan beban anaknya.
Adapun pengertian lain mengatakan, generasi sandwich dapat disimpulkan sebagai seseorang dengan usia di atas 18 tahun yang menanggung beban orang tuanya sekaligus adik-adiknya.
Co-Founder OneShildt Financial Planning dan CEO PT Cerdas Keuangan Indonesia Mohamad Andoko mengatakan, generasi sandwich rawan stres ketika terjadi konflik antara kepentingan keluarga, pekerjaannya, dan keuangannya.
"Apalagi untuk mereka generasi sandwich yang penghasilannya rendah, itu dapat membuat mereka menjadi stress," kata dia kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.
Lantas, bagaimana kondisi generasi sandwich di Indonesia untuk saat ini?
Andoko mengatakan berdasarkan kutipan data sensus penduduk, generasi sandwich sekarang ada di gen X (usia 40 sampai 55 tahun) dengan kisaran 21,88 persen.
Baca Juga: Tips Kelola Uang THR untuk Sandwich Generation, Libatkan Keluarga
Kemudian di gen y / milenial (usia 24 sampai 39 tahun) sekitar 25,78 persen, dan sebagain kecil dari Gen Z (usia 9 sampai 23 tahun) atau sekitar 27 persen.
"Mungkin sedikit dari mereka yang usianya 20 tahun ke atas, yang mereka telah bekerja untuk membiayai orang tua dan adik-adiknya," imbuh dia.
Andoko berujar, sebanyak 49 persen generasi sandwich terdiri dari generasi X dan generasi Y/ milenial.
Jumlah tersebut akan terus meningkat di kemudian hari jika generasi sandwich tidak segera memperbaiki kondisi keuangannya.
Pentingnya Literasi Keuangan
Menurutnya, generasi sandwich perlu dibekali dengan pengetahuan literasi keuangan.
Pertama. generasi sandwich dituntuk dapat mengelola keuangan.
Dalam hal ini, urusan uang masuk dan uang keluar atau cash flow management wajib diperhatikan.
Kedua, generasi sandwich diharapkan mengetahui mana yang menjadi utang produktif dan utang konsumtif, temasuk juga merencanakan anggaran.
Baca Juga: 5 Risiko Paylater yang Wajib Diketahui, Bisa Bikin Utang Semakin Numpuk
Pada tahapan berikutnya, generasi sandwich diharapkan telah memikirkan investasi dan dana pensiun di masa yang akan datang.
Para generasi sandwich diimbau untuk dapat mengatur skala prioritas mereka dengan cara melakukan pengeluaran sesuai porsi yang sehat.
"Kalau misalnya sudah punya utang, maksimal utang sebanyak 35 persen dari pendapatan. Misalnya, sebanyak 20 persen untuk utang produktif contohnya KPR. Kemudian, sebanyak 15 persen untuk utang konsumtif, misalnya mobil atau gadget," urai dia.
Selain itu, generasi sandwich juga perlu untuk dapat memikirkan langkah investasi mereka.
Andoko menuturkan, kalau generasi sandwich ingin berkembang mereka perlu mengembangkan diri mereka secara mandiri.
Dalam hal ini, Andoko mencontohkan untuk menyisihkan 10 persen pendapatan untuk melakukan pengembangan diri.
Berbagai skill yang didapati oleh generasi sandwich yang dimiliki nantinya akan membuat daya jualnya lebih bagus.
Akan tetapi, Andoko mengingatkan agar tak terjebak dengan gaya hidup.
"Namun, jangan lupa, kalau pendapatan sudah bagus jangan sampai terjebak gaya hidup. Kalau sampai begitu, mereka akan masuk ke dalam wealth paradox, semakin tinggi penghasilan, pada saat bersamaan ada potensi kehilangan uang yang banyak," kata dia.
Baca Juga: 3 Faktor Penting untuk Pertimbangan Rencana Keuangan Generasi Sandwich
Meskipun dipakai untuk berbagai keperluan, generasi sandwich pada dasarnya tetap bisa menikmati penghasilannya dengan memperhatikan pos-pos pengeluaran.
Sebagai contoh, sisihkanlah pendapatan sebanyak 10 sampai 20 persen digunakan untuk investasi. Kemudian sebesar 35 persen digunakan untuk utang.
Sebesar 45 persen dapat digunakan untuk konsumsi keluarga, termasuk untuk diberikan kepada orang tua didalamnya.
Menurut dia, skema ini cocok untuk generasi sandwich yang memiliki utang.
Kemudian, untuk generasi sandwich yang tidak memiliki utang, diharapkan dapat menyisihkan 10 persen untuk tabungan di masa depan.
Kemudian, 10 persen dapat digunakan untuk pendidikan anak misalnya. Selanjutnya, 10 persen dapat digunakan untuk proteksi aset.
Lalu, 10 persen berikutnya baru dapat digunakan untuk kegiatan hiburan.
"Sisanya 50 persen, silakan untuk konsumsi. Ini cocok untuk mereka yang sebenarnya tidak suka utang," tegas dia.
Itu tadi berbagai alasan generasi sandwich harus memahami literasi keuangan.
Baca Juga: 5 Strategi Jitu agar Generasi Sandwich Mendapatkan Kebebasan Finansial
Dengan begitu, para generasi sandwich bisa memiliki keuangan yang lebih baik.