Jangan sampai ada “ketidaksetujuan” yang terpendam dan tidak pernah tersampaikan.
Selain itu, semua sumbangsih modal dihitung saksama, termasuk yang tak terlihat seperti pinjaman mobil untuk operasional, rumah untuk dijadikan kantor, dan sebagainya.
Sekalipun memiliki hubungan keluarga, catatan dan perhitungan modal ini, nantinya bisa dijadikan salah satu tolak ukur pembagian keuntungan.
Hindari keuntungan semu atau keuntungan besar yang diraih karena ada pos-pos modal yang sengaja tidak dihitung, salah satunya karena faktor “buat keluarga mah enggak apa-apa”.
2. Legalitas
Terapkan prinsip hitam di atas putih sedari awal kamu memulai bisnis bareng keluarga.
Perjelas semua hal, mencakup struktur dan pembagian tugas, tanggung jawab, hak seperti gaji dan untung, dan kewajiban dari setiap pihak terlibat misal kalau rugi, siapa yang menanggung.
Bagaimanapun juga, kamu tak bisa memungkiri bahwa bisnis tidak melulu dalam skala kecil. Berikan tindakan bagi siapapun yang melanggar perjanjian, sekalipun mereka adalah keluarga.
Kamu tidak harus membuat struktur tersebut langsung rapi di awal memulai bisnis bareng keluarga, penyempurnaannya bisa kamu lakukan seiring berjalannya usaha.
Baca Juga: 5 Cara Menemukan Partner Bisnis yang Tepat dari Dua Founder Momomaru