Walaupun selama pandemi Sisters in Danger tak bisa berkumpul, namun masing-masing personel memanfaatkan platform media sosialnya untuk mendapatkan donasi.
“Kami menggunakan akun medsos kami, platform kami, jaringan kami, untuk menggalang dana, relawan, dan informasi mengenai buruh gendong perempuan,” imbuh Mulya.
Informasi buruh gendong juga tak lupa disertakan dalam setiap penggalangan dana, pasalnya masih banyak yang belum tahu mengenai pekerjaan ini.
“Karena banyak yang masih belum tahu tentang itu, bahkan orang Yogya sekalipun. Jadi kami menggunakan akun medsos kami untuk membantu sesama,” tambahnya.
Kini berganti nama menjadi Dapur Keliling
Setelah pasar tradisional kembali beroperasi normal dan para buruh gendong perempuan kembali mendapatkan penghasilan yang stabil, Dapur Umum Buruh Gendong Perempuan kini berganti nama menjadi Dapur Keliling.
Lewat Dapur Keliling, Sisters in Danger tetap ingin berbagi dan membantu kelompok lainnya, namun tak menutup kemungkinan untuk tetap membantu para buruh gendong perempuan.
View this post on Instagram
Seperti namanya, konsep Dapur Keliling ialah memberikan bantuan berupa makanan dengan cara keliling ke berbagai area.
Baca Juga: Suarakan Rasisme, The Linda Lindas Ingin Orang Tak Merasa Sendiri
Melalui inisiatif ini, Sisters in Danger tetap aktif menebar kebaikan meskipun belum bisa kembali berkampanye untuk menyuarakan isu sosial lewat bermusik.
“Dua tahun pandemi musiknya sempat berhenti, tapi tetap melakukan kegiatan sosial yang lainnya. Jadi melakukan apa yang kami bisalah,” ungkap Mulya.
Ia kemudian juga mengatakan bahwa para personel lainnya turut terlibat di berbagai kegiatan yang ada di lingkungan tempat tinggal masing-masing, masih dengan tujuan bersolidaritas.
“Arnie di Bandung juga ikut (gerakan sosial), ada komunitas musisi mengaji, ada kegiatan sosial, macam-macam. Jadi kami juga selama pandemi tiap personel juga punya kegiatan masing-masing yang intinya solidaritas, membantu sesama dalam bentuk apapun,” tutup Mulya. (*)