Mengutip dari Cleveland Clinic, hipertermia tidak sama dengan demam.
Ketika kamu mengalami hipertermia, suhu tubuh akan naik di atas "set-point" tertentu yang dikendalikan oleh hipotalamus (bagian dari otak yang mengontrol banyak fungsi tubuh).
Tetapi ketika kamu demam, hipotalamus sebenarnya meningkatkan suhu set-point tubuh. Kenaikan suhu tubuh yang disengaja ini adalah upaya tubuh untuk melawan penyakit atau infeksi.
Suhu tubuh diatur oleh bagian otak yang disebut hipotalamus. Ini biasanya menjaga suhumu di sekitar 98,6°F (37°C), dengan sedikit variasi sepanjang siang dan malam.
Dilansir dari Healthline, jika tubuh merasakan infeksi virus atau bakteri, hipotalamus dapat mengatur ulang "termostat" tubuh untuk membuat tubuh menjadi tuan rumah yang lebih panas dan kurang ramah bagi penyakit atau infeksi tersebut. Dalam hal ini, demam terjadi sebagai bagian dari reaksi sistem kekebalan tubuh. Saat infeksi hilang, hipotalamus harus mengatur ulang suhu kembali ke tingkat normal.
Namun, dengan hipertermia akibat serangan panas, tubuh merespons perubahan di lingkunganmu. Mekanisme pendinginan alami tubuh, seperti berkeringat, tidak cukup untuk mengatasi panas di sekitarmu. Suhumu naik sebagai respons, menyebabkan kamu mengalami beberapa gejala hipertermia.
Beberapa obat bebas, seperti acetaminophen (Tylenol), dapat membantu menurunkan demam. Namun, mereka tidak akan efektif dalam mengobati hipertermia.
Hanya perubahan lingkungan, rehidrasi, dan upaya pendinginan eksternal (seperti air dingin atau kompres es pada kulit) yang dapat membalikkan hipertermia.
Baca Juga: Sering Muncul saat Udara Panas, Ini Penyebab Biang Keringat pada Anak dan Dewasa