Dalam perkembangannya, China, Jepang, dan negara-negara lainnya yang berada di sekitar Korea turut memengaruhi evolusi hanbok.
Misalnya saja pada era Dinasti Joseon, di mana banyak orang Korea yang belajar ke luar negeri, maka hanbok saat itu dipengaruhi oleh elemen dari Dinasti Ming (1368-1644), sementara motif dan detail pakaiannya tetap mengambil gaya tradisional.
Pada era akhir Dinasti Goryeo, banyak pula orang Korea yang berkunjung ke Yuan China, sehingga tren hanbok saat itu dikenal sebagai goryeoyang, yang kemudian populer hingga awal era Dinasti Ming.
Di akhir abad ke-19, saat pelabuhan Korea mulai dibuka, pengaruh budaya Barat mulai masuk ke semenanjung Korea.
Modernisasi yang terjadi di akhir abad ke-19 hingga abad ke-21 ini sering disebut sebagai gaehwagi, di mana hanbok diciptakan untuk membedakan pakaian tradisional Korea dengan pakaian bergaya Barat.
Lebih dari itu, pada tahun 1894-1895 ketika terjadi Gabo Reform, overcoat yang biasa dipakai oleh kalangan kelas atas, mulai menjadi pakaian sehari-hari seluruh masyarakat.
Dalam hal warna, dikutip dari kccuk.org.uk, masyarakat kelas atas di Korea biasanya akan menunjukkan statusnya dengan mengenakan hanbok berwarna cerah.
Jika sebelumnya perempuan Korea memiliki mobilitas terbatas apabila dibandingkan dengan laki-laki, gaehwagi telah mendorong perubahan tersebut, sehingga di era ini terjadi penyederhanaan pada hanbok perempuan.
Baca Juga: 5 Gaya Karakter Perempuan Pakai Hanbok, Ada Kim Tae Ri di Mr. Sunshine