Tak hanya tentang fisik, Dyan memahami bahwa perempuan dalam relief Borobudur juga menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan.
"Tidak sekedar sosok perempuan, tetapi perempuan itu sangat lentur sebuah gambaran kasih sayang, sebuah kehalusan, nilai-nilai yang secara moral merupakan kebaikan yang secara terus-menerus dapat dijaga," tutur Dyan, mengutip Tribunnews.
Sosok-sosok perempuan tersebut dihadirkan dalam karya seni rupa Dyan, seperti Dewi Tara atau Dewi Welas Asih yang banyak terdapat dalam relief Candi Borobudur.
Ada pula perjalanan Ratu Maya melahirkan Sidartha Gautama di Taman Lumbini ketika dalam perjalanan menuju negeri asalnya.
Dyan melukis perjalanan Ratu Maya menggunakan lilin atau malam yang biasa digunakan untuk membatik.
Kolaborasi seni rupa dan sastra yang memakan waktu sampai lima tahun ini juga mengungkap sosok perempuan raksasa, yaitu Hariti.
Selain perempuan di Candi Borobudur, Landung juga menyebutkan sosok Hariti seorang raksasa perempuan dengan 500 anak yang juga kanibal.
"Namun, Hariti dapat pencerahan dan berubah menjadi lembut, penyayang, menjadi dewi kesuburan, biologis atau pun pertanian," jelas Landung.
Perubahan sosok Hariti ini, lanjut Landung, merupakan cerminan kelenturan perempuan untuk berubah peran.
Baca Juga: 5 Fakta Menarik Candi Borobudur, Tempat Perayaan Trisuci Waisak Nasional 2022