Setelah didiamkan, maka keesokan harinya kedua jenis adonan dicampur.
Tujuan pemisahan adonan pada pizza Italia ini untuk mendapatkan tekstur yang lebih empuk.
3. Durasi fermentasi
Eril juga mengungkap kalau semakin lama durasi fermentasi maka akan membuat tekstur adonan jadi lebih empuk.
"Kalau American style, waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan adonan yaitu minimal bisa empat hingga delapan jam," kata Eril.
Sementara itu, pizza Eropa butuh durasi fermentasi hingga semalaman.
4. Topping pizza
Memang penambahan topping itu sesuai dengan selera pembeli, tapi sebenarnya ada perbedaan mendasar dari pizza Eropa dan Amerika.
Perbedaannya sebenarnya tidak jauh karena mozzarella, saus tomat, dan daging tetap digunakan.
"Bedanya untuk New York style ada yang pakai daging ham dan nanas. Sedangkan orang Eropa benci pizza pakai nanas," papar Eril.
Ia menambahkan untuk pizza detroit itu ada penambahan red cheddar di bagian pinggirnya.
Red cheddar tersebut menghasilkan rasa gurih saat digigit.
"Enggak semua orang makan pizza sampai ke pinggirnya. Jadi, untuk mengurangi terbuangnya pizza, pada bagian pinggir dikasih red cheddar supaya terasa enak dan dimakan hingga habis," lanjut Eril.
Nah, dari ulasan di atas sebenarnya pizza Eropa dan Amerika itu mudah dibedakan dengan melihat bentuk luarnya saja, ya.
Terlepas dari perbedaan di atas, kira-kira Kawan Puan lebih suka pizza khas Eropa atau Amerika?
Baca Juga: Tak Hanya Bulat, Ini 4 Tipe Pizza yang Jarang Diketahui Orang Banyak
(*)