Diharapkan, semakin banyak komunitas dari ekosistem bisnis batik yang terinspirasi untuk semakin berkembang dan bahkan memasarkan produknya di tingkat dunia.
"Ekspor produk akan membawa dampak sosial dan ekonomi yang baik bagi komunitas lokal, termasuk para pengrajin batik, serta sebagai cara memperkenalkan indahnya kreasi budaya Indonesia di kancah dunia," tutup Diana.
2. Batik Shiroshima yang memberdayakan warga lokal
Batik asal Kulon Progo, Yogyakarta, yakni Shiroshima juga turut memperkenalkan karyanya dalam program Java In Paris.
Batik Shiroshima memiliki karakteristik yang unik, yakni dengan mengangkat konsep pada motif kainnya yang minimalis dan desain pakaian masa kini.
Pemilik Shiroshima, Dian Nutri Justisia Shirokadt mengatakan hadirnya Shiroshima di ajang bergengsi ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri.
Hal ini merupakan mimpi Dian untuk berkontribusi memperkenalkan batik asal Kulon Progo ke mancanegara walau sempat tidak yakin produknya mampu bersaing di kelas dunia.
"Sebelumnya saya enggak percaya diri untuk ke Eropa karena takut produk saya tidak cocok. Tapi dengan masuknya ke Paris membuka mata saya jika produk UMKM Indonesia juga memiliki potensi besar di luar negeri," kata Dian.
Di balik desain dan motif yang mengikuti tren ini, Shiroshima melibatkan sejumlah warga lokal asal Lendah, Kulon Progo untuk membatik.
Baca Juga: 4 Cara agar UMKM Lokal Bisa Menembus Pasar Global Menurut Pakar