Parapuan.co - Berhubungan intim bersama pasangan tentu menjadi aktivitas seksual yang menyenangkan dan naluriah bagi manusia.
Sayangnya perlu diketahui, kalau ada orang yang tidak melakukan aktivitas seksual tapi merasa sangat terpuaskan, tentunya hal ini tak wajar dan dapat dikatakan sebagai tindakan abnormal.
Di mana orang yang mengalami gangguang preferensi seksual tersebut dinamakan parafilia.
Vina Witri Astuti, M.Psi., psikolog klinis keluarga, mengungkapkan kalau kata paraphlia berasal dari Bahasa Yunani.
Saat dihubungi oleh PARAPUAN pada Kamis (2/6/2022) Vina menjelaskan kalau 'para' berarti ‘pada sisi yang lain’, sementara 'philos' artinya mencintai.
Di mana menurut Vina, parafilia itu merupakan suatu kondisi di mana seseorang melampiaskan cinta atau hasrat seksualnya pada benda atau sesuatu yang tidak umum, bukan sesuatu yang normal.
Mengutip dari WebMD, disebutkan bila kondisi parafilia ini dapat memperburuk kualitas hidup pengidapnya.
Sebab, kondisi ini dapat menyebabkan masalah pribadi, sosial, dan karir.
Tak hanya itu saja, pelaku parafilia bahkan berpotensi terlibat dalam konsekuensi sosial dan hukum yang serius.
Baca Juga: Suka Mengintip Menjadi Tanda Gangguan Preferensi Seksual, Apa itu Voyeurisme?
Parafilia sendiri terdiri dari beberapa jenis, berikut ini empat di antaranya:
1. Eksibisionisme
Eksibisionisme melibatkan seseorang yang memperlihatkan alat kelamin mereka kepada orang asing yang tidak menaruh curiga.
Pelaku eksibisionisme merasa jika korban yang melihat kelaminnya akan merasa terkesan.
Tak hanya berani memperlihatkan kelaminnya saja, terkadang pelaku eksibisionisme juga mengekspos diri saat melakukan masturbasi.
2. Fetishisme
Gangguan preferensi seksual berikutnya yakni fethisisme alias fethis, yang mana pengidapnya memiliki dorongan seksual terkait dengan benda mati.
Dalam kata lain, orang tersebut menjadi terangsang secara seksual dengan memakai atau menyentuh suatu objek.
Baca Juga: Sempat Viral Kasus Hubungan Seks pada Hewan, Psikolog Ungkap Bestialitas yang Dialami Pelaku
Misalnya, objek fetish dapat berupa barang pakaian, seperti sepatu hingga pakaian dalam perempuan.
Harus dipahami, seandainya fetish menjadi satu-satunya objek hasrat seksual, maka hubungan seksual seringkali dihindari.
3.Frotteurisme
Frotteurisme tejadi bila fokus dorongan seksual seseorang adalah menyentuh atau menggosok alat kelaminnya ke tubuh orang yang tidak dikenal.
Dalam kebanyakan kasus frotteurisme, laki-laki menggosok daerah genital mereka terhadap perempuan, seringkali di tempat umum yang ramai.
Tentunya kondisi gangguan seksual abnormal ini menjadi hal yang ilegal.
4. Pedofilia
Orang dengan pedofilia memiliki fantasi, dorongan, atau perilaku yang melibatkan aktivitas seksual ilegal dengan anak-anak.
Anak-anak yang terlibat dalam aktivitas seksual dengan pelaku pedofilia ini umumnya berusia 13 tahun atau lebih muda.
Perilaku pedofilita itu seperti:
- Membuka pakaian anak,
- Mendorong anak untuk menonton pelaku masturbasi,
- Menyentuh atau membelai alat kelamin anak, dan
- Melakukan tindakan seksual secara paksa pada anak.
Orang yang mengidap parafilia tentunya harus mendapat pertolongan demi menjaga kesehatan mentalnya.
Namun demikian, Vina menegaskan kalau pengobatan gangguan preferensi seksual ini sukar dilakukan dan jika ingin ditolong untuk sembuh, maka harus ada dorongan yang kuat dari pengidap parafilia itu sendiri.
Baca Juga: Kenali 4 Isyarat Rasa Lapar, Bisa Bantu Cegah Makan Berlebihan
(*)