Memiliki Hasrat Seksual pada Anak di Bawah Umur, Apa Itu Pedofilia?

Anna Maria Anggita - Senin, 13 Juni 2022
Pedofilia yang merupakan gangguan preferensi seksual di mana pelakunya tertarik pada anak
Pedofilia yang merupakan gangguan preferensi seksual di mana pelakunya tertarik pada anak KatarzynaBialasiewicz

Parapuan.co - Kawan Puan, tahu kah kamu kalau ada kondisi gangguan preferensi seksual di mana sang pelaku tertarik terhadap anak?

Nah, gangguan preferensi seksual yang tidak normal (parafilia) ini dinamakan dengan pedofilia. Apa itu pedofilia?

Melansir dari Psychology Today, pedofilia merupakan fantasi, dorongan seksual, atau perilaku seksual yang berulang dan intens yang melibatkan aktivitas seksual dengan anak-anak praremaja, yang umumnya berusia 13 tahun atau lebih muda.

Diketahui kondisi pedofilia ini setidaknya dilakukan selama enam bulan.

Seringkali pelaku pedofilia ini dilakukan oleh laki-laki yang tertarik pada salah satu atau kedua jenis kelamin.

Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami pedofilia, tentunya perlu diketahui gejalanya.

Berikut ini tanda-tanda seseorang mengalami pedofilia, yakni:

- Fantasi, dorongan, atau perilaku seksual yang berulang dan intens dengan anak praremaja (umumnya berusia 13 tahun atau lebih muda) selama minimal enam bulan.

- Dorongan seksual ini telah ditindaklanjuti atau telah menyebabkan penderitaan yang signifikan atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau area penting lainnya.

Baca Juga: Jadi Gangguan Preferensi Seksual Abnormal, Apa Itu Parafilia?

- Pengidap pedofilia setidaknya berusia 16 tahun, dan setidaknya lima tahun lebih tua dari anak yang melakukan perilaku seksual dengan orang tersebut.

Penyebab Pedofilia

Mengenai penyebab pedofilia sendiri tidak diketahui dengan pasti.

Meski begitu ada kemungkinan beberapa kondisi yang memicu kondisi pedofilia, yakni:

- Adanya hubungan potensial antara hormon dan perilaku, khususnya peran agresi dan hormon seksual laki-laki.

- Pedofilia dapat diturunkan dalam keluarga, meskipun tidak jelas apakah ini berasal dari genetika atau perilaku yang dipelajari.

- Riwayat pelecehan seksual pada masa kanak-kanak merupakan faktor potensial lain dalam perkembangan pedofilia.

Gangguan pedofilia ini dapat terjadi karena pelaku meniru perilaku yang ia terima di masa kanak-kanaknya.

Baca Juga: Suka Mengintip Menjadi Tanda Gangguan Preferensi Seksual, Apa itu Voyeurisme?

Selain itu, orang yang tidak memiliki kontak sosial dan seksual yang normal, mungkin mencari kepuasan melalui cara-cara yang kurang dapat diterima secara sosial.

Perlu dicatat bahwa pedofilia mungkin merupakan kondisi seumur hidup, tetapi gangguan ini mencakup unsur-unsur yang dapat berubah dari waktu ke waktu, seperti:

- Gangguan psikososial

- Kecenderungan individu untuk bertindak berdasarkan dorongan yang timbul dalam diri.

Perawatan Pedofilia

Pengobatan gangguan pedofilia dapat mencakup terapi perilaku dan obat-obatan, berikut ini terapi kognitif yang bisa dicoba:

- Restrukturisasi distorsi kognitif 

Restrukturisasi distorsi kognitif melibatkan mengoreksi pikiran pedofil bahwa anak ingin terlibat dalam kegiatan tersebut.

- Pelatihan empati

Sementara itu pelatihan empati membantu pelaku mengambil perspektif korban dan memahami kerugian yang mereka timbulkan.

Pendekatan pengkondisian positif berpusat pada pelatihan keterampilan sosial dan alternatif, perilaku yang lebih tepat.

Rekondisi, misalnya, melibatkan pemberian umpan balik langsung kepada pasien, yang dapat membantunya mengubah perilakunya.

Di samping itu, mungkin ada pula obat penurun testosteron yang akan digunakan untuk mengurangi hasrat seksual.

Tentunya berbagai perawatan ini dapat mengurangi dorongan dan tindakan yang dilakukan oleh pengidap pedofilia agar tidak ada korban berikutnya.

(*)

Baca Juga: Sempat Viral Kasus Hubungan Seks pada Hewan, Psikolog Ungkap Bestialitas yang Dialami Pelaku

Sumber: Psychology Today
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri


REKOMENDASI HARI INI

Ada Budi Pekerti, Ini 3 Film Indonesia Populer yang Bertema Guru