Ia menyoroti keterangan dari pemilik channel YouTube yang mengatakan bahwa kontennya untuk usia 21+.
Menurutnya, apabila benar konten tersebut bertujuan sebagai edukasi seksual, maka seharusnya bisa untuk usia yang lebih muda sebab sex edu perlu diajarkan sejak dini.
"Kalo kontennya sex edu, seharusnya target pasarnya bukan 21+ dong karena sex edu harus diajarkan ke anak sejak dini," cuit akun @billie9eulis.
Akun lain ikut melayangkan kritikannya terhadap konten video di YouTube itu.
Menurutnya, konten sex edu yang salah kaprah seperti ini justru membuat edukasi seks yang sebenarnya dianggap tabu.
""Sex education" sesat gini nih yg bikin sex ed beneran jadi tabu & sulit diterima masyarakat, padahal yg mengedukasi seksolog/psikolog yg memang ahli di bidangnya..." ujar @okcompawter.
Beruntungnya, akun @nikenmawar yang pertama membawa diskusi soal video edukasi seksual di YouTube memberikan rekomendasi akun yang memberikan sex edu dengan tepat.
Dalam daftarnya, ada ahli seksolog klinis Zoya Amirin, psikolog klinis Inez Kristanti, dan sex educator Sisil.
Yuk, Kawan Puan, kita lebih bijak lagi memilah tontonan sex edu dengan mencari tahu mana yang benar-benar mengedukasi dan mana yang sekadar berbagai pengalaman seksual.
Kalo tujuannya edukasi harusnya yg diundang ya seksolog, sex educator, atau yg emg expert d bidangnya. Banyak kok yang concernnya disitu, sejauh yg gue tangkep dr videonya (udah nonton setengah btw) isinya gaada edukasi sama sekali selain cerita ngentat ngentot gajelas. pic.twitter.com/RhNnfkCkLu
— cen (@nikenmawar) June 12, 2022
Baca Juga: Perjalanan Karier Sisil, Pekerja Kantoran yang Jadi Sex Educator
(*)