Pendakian menuju puncak dikenal paling berat dan kerap makan korban. Salah satunya Matthias Rimml, pendaki Austria yang terjatuh dan tewas pada awal Mei silam.
Selain itu, pada musim pendakian tahun ini banyak pendaki gagal melakukan summit akibat diterpa oleh angin kencang yang mengakibatkan suhu drop sangat drastis di bawah 0 derajat Celcius.
Hari Kamis (9 Juni 2022) pagi waktu Alaska cuaca cukup bagus, walaupun hujan salju masih terus menemani.
Putri dan Agi berjalan perlahan melewati Denali Pass yang terkenal berbahaya.
Di jalur ini tenaga pedaki amat terkuras dan jurang yang dalam mengintai di kedua sisi hingga akhirnya mereka melajutkan pendakian hingga di sisi Archdeacons Tower.
Dari sini, lamat-lamat puncak tertinggi di benua Amerika itu terlihat.
Putri dan Agi terikat satu sama lain menggunakan teknik running belay untuk melanjutkan pendakian.
Pendakian ke puncak melalui punggungan bersalju itu merupakan babak terakhir dengan jalur yang cukup panjang.
Perlahan namun pasti menjejak salju dengan sudut elevasi yang lumayan hingga akhirnya tidak ada lagi elevasi.
Baca Juga: Yuk Kunjungi! Ini 3 Hidden Gem di Dekat Gunung Sepikul Sukoharjo
Begitu sampai di puncak, rasa lelah, dingin, nafas yang terengah-engah seakan hilang terbayar oleh pencapaian tertinggi tersebut.
Setelah mengabadikan momentum tersebut, keduanya segera kembali ke Camp 5 karena risiko fatal yang bisa dihadapi jika terlalu lama di sana.
Putri Handayani sbebelumnya telah melakukan pendakian gunung Kilimanjaro, Tanzania, Afrika berketinggian 5.895 mdpl pada 2016.
Masih di tahun 2016 lanjut ke Tanah Air dengan menaklukkan gunung Cartenz Pyramid, Papua (4.884 mdpl).
Pada Juli 2017 giliran Mt. Elbrus di Rusia dengan ketinggian 5.642 mdpl oleh peraih gelar sarjana Teknik Sipil Universitas Indonesia dan MBA dari Universitas Pittsburgh, Pennsylvania Amerika ini.
Selanjutnya Februari 2018, Putri menaklukkan gunung Aconcagua di Argentina yang memiliki ketinggian 6.962 mdpl.
Misi berikutnya ada Vinson Massif (4.892 mdpl) sekalian penjelajahan kutub selatan, lalu Mt. Everest (8.848 mdpl) serta kutub utara guna meraih “gelar” the Explorer’s Grand Slam, gelar pertama yang bakal dipersembahkan bagi Indonesia.
Sementara Fandhi Achmad yang juga lulusan Universias Indonesia adalah pendaki, pemandu gunung, pemanjat tebing, dan pelari gunung Indonesia.
Pemandu petualangan profesional ini serba bisa. Dalam kurun waktu 17 tahun terakhir, ia mencapai puncak Cartensz Pyramid di Papua lebih dari 20 kali.
Pendakian Denali Putri Handayani dan Fandhi Achmad selain mengharumkan nama Indonesia di dunia pendakian, juga ingin membuktikan bahwa perempuan Indonesia bisa mencapai puncak dunia, dalam pekerjaan dan pendakian, baik dengan bantuan pihak lain maupun atas usaha sendiri.
Baca Juga: Mencegah Hipotermia, Ini 3 Peralatan Naik Gunung yang Wajib Dibawa
(*)