Dukung Inklusivitas, Ini Upaya Unilever Ciptakan Lingkungan Kerja yang Toleran

Ardela Nabila - Sabtu, 25 Juni 2022
Creating Positive Vibes at Work: Tolerance is Key.
Creating Positive Vibes at Work: Tolerance is Key. Unilever

Parapuan.co - PT Unilever Indonesia, Tbk. bekerja sama dengan Campus Marketeers Club menyelenggarakan webinar bertajuk Creating Positive Vibes at Work: Tolerance is Key pada Jumat (24/6/2022).

Melibatkan lebih dari 300 mahasiswa dari berbagai wilayah Indonesia, acara tersebut membekali para mahasiswa dengan kesadaran mengenai isu yang harus mereka prioritaskan saat mulai memasuki lapangan kerja nanti.

Sejumlah isu yang dimaksud adalah terkait pentingnya bekerja di dalam lingkungan yang memiliki vibes positif dengan mengedepankan nilai-nilai kesetaraan, keberagaman, dan inklusivitas.

Kalangan mahasiswa sendiri dipilih sebagai target dari webinar ini karena ke depannya Gen Z lah yang akan mendominasi angkatan kerja di masa depan.

Isu mengenai kesetaraan, keberagaman, dan inklusivitas pun menjadi isu penting yang disorot karena hal ini merupakan salah satu tolok ukur yang menjadi pertimbangan Gen Z.

Psikolog Klinis Dewasa, Tara de Thouars, BA, M. Psi. menjelaskan bahwa Gen Z merupakan  generasi yang sangat terbuka dengan perbedaan.

“Salah satunya adalah Undefined ID, di mana generasi ini menghargai setiap individu tanpa memberi label tertentu dan memiliki keterbukaan yang besar untuk memahami keunikan tiap individu,” terang Tara.

“Perilaku ini tentunya akan turut mempengaruhi mereka saat mencari pekerjaan,” lanjutnya lagi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh McKinsey & Company, terdapat sejumlah kategori perilaku Gen Z yang membedakannya dengan generasi-generasi sebelumnya.

Baca Juga: Ajak Perempuan Majukan UMKM, Forum B20 WiBAC Turut Hadirkan Kolaborasi antar Perusahaan

Bahkan, studi lain yang dilakukan oleh Randstad Workmonitor tahun 2022 menunjukkan 41 persen dari Gen Z yang tersebar di wilayah Eropa, Asia Pasifik dan Amerika lebih memilih menganggur dibandingkan tidak bahagia di tempat kerja.

Sebanyak 41 persen responden juga mengaku tidak akan memilih tempat kerja yang tidak mempromosikan keragaman dan inklusivitas.

Maka dari itu, penting bagi perusahaan untuk lebih peka dan berani dalam mengambil aksi nyata dengan menindaklanjuti segala bentuk intoleransi yang dapat terjadi kapan saja di lingkungan kerja.

Seperti Unilever dengan strategi The Unilever Compass, di mana perusahaan berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan inklusif.

Komitmen tersebut diwujudkan lewat berbagai upaya dan langkah nyata untuk turut berpartisipasi menegakkan kesetaraan, keberagaman, dan inklusivitas, khususnya di lingkungan kerja Unilever.

“Bagi Unilever Indonesia, ada Equity, Diversity, and Inclusion Board yang bertugas menjalankan dan memonitor berbagai upaya Perusahaan seperti misalnya webinar hari ini,” ujar Head of Communication Unilever Indonesia, Kristy Nelwan, dalam kesempatan yang sama.

Tara kemudian menjelaskan bahwa salah satu bentuk intoleransi yang masih sering terjadi di lingkungan kerja adalah workplace bullying atau perundungan di tempat kerja.

Perilaku ini biasanya dilakukan secara sengaja dan berulang untuk mengintimidasi, menjatuhkan atau menyakiti orang lain di tempat kerja.

Unilever sebagai perusahaan yang tidak mentolerir segala bentuk perundungan berupaya untuk selalu menindak tegas segala bentuk workplace bullying.

Baca Juga: Langkah Unilever untuk Wujudkan Ekonomi Sirkular dengan Pendataan Sampah

“Unilever Indonesia menindak tegas perilaku langsung maupun tidak langsung yang menyinggung, mengintimidasi, atau menghina, termasuk segala bentuk pelecehan atau bullying, baik antar individu ataupun kolektif,” tegas Kristy.

Terkait hal tersebut, Kristy mengungkapkan bahwa kebijakan tersebut diatur dalam kode etik berbisnis yang menjunjung tinggi hak asasi manusia.

“Kebijakan ini diatur dalam kode etik berbisnis yang dinamakan Respect, Dignity & Fair Treatment (RDFT), berlandaskan kepercayaan bahwa bisnis hanya dapat berkembang di tengah masyarakat di mana hak asasi manusia dihormati, dijunjung tinggi dan dikedepankan,” ungkapnya lagi.

Tak hanya itu saja, untuk mencegah ataupun mengatasi workplace bullying, Unilever Indonesia memiliki jalur pengaduan khusus yang disebut Speak-Up Channel.

Speak-Up Channel merupakan sebuah Whistleblower System dengan jaminan kerahasiaan penuh sebagai salah satu sarana bagi karyawan untuk menyampaikan adanya penyimpangan terhadap peraturan dan ketentuan yang berlaku.

Perusahaan juga aktif mendorong karyawan untuk bertanggung jawab dan berinisiatif jika melihat potensi pelanggaran.

Lewat acara Creating Positive Vibes at Work: Tolerance is Key, Kristy berharap para Gen Z dapat membekali dirinya mengenai pengetahuan dan kemampuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih toleran, setara, dan inklusif.

“Selain itu, semoga program seperti ini juga dapat terus menginspirasi sebanyak mungkin perusahaan maupun organisasi untuk memperkuat kebijakan-kebijakan yang berpihak pada kesetaraan, keberagaman dan inklusivitas,” tutup Kristy. (*)

Baca Juga: Strategi Unilever Wujudkan Bisnis sebagai Solusi Keberlanjutan Masyarakat



REKOMENDASI HARI INI

Ada Budi Pekerti, Ini 3 Film Indonesia Populer yang Bertema Guru