Saat resesi, banyak orang yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), kehilangan pekerjaan, hingga mengalami kesusahan ekonomi.
Kondisi ini juga menyusahkan bagi bisnis properti karena menurunnya daya beli akibat banyak orang kehilangan pekerjaan.
Pasalnya jika tidak memiliki pekerjaan, tentu akan susah bagi Kawan Puan untuk mengajukan KPR (Kredit Pemilikan Rumah).
Sedangkan orang yang memiliki dana, akan lebih memilih menunda pembelian properti untuk berjaga-jaga dalam kondisi resesi.
Meski seiring berjalannya waktu harga rumah semakin lama semakin meningkat dan permintaan juga terus meningkat, namun hal ini tidak dibarengi dengan jaminan pekerjaan dan penghasilan generasi milenial di masa depan.
2) Harga rumah meningkat drastis
Harga rumah yang selalu meningkat setiap tahunnya, tidak dibarengi dengan penghasilan generasi milenial.
Hal ini membuat generasi milenial mengalami kesulitan dalam membeli rumah.
3) Generasi boomers lebih memilih mengoleksi rumah
Baca juga: Sebelum atau Sesudah Menikah, Ini Waktu yang Tepat Membeli Rumah
Jaman dahulu boomers suka berinvestasi dengan membeli banyak tanah yang kemudian dibangun rumah.
Hal ini membuat ada boomers yang memiliki rumah banyak atau lebih dari satu namun tidak menjualnya.
Banyak boomer yang tetap 'menyimpan' rumah mereka, sehingga sedikit rumah yang dijual.
Namun pembeli rumah terus meningkat seiring berjalannya waktu.
Tak heran jika hal ini menciptakan persaingan dalam penawaran harga rumah bekas yang cukup tinggi dan tidak masuk akal.
Demikian tiga alasan yang membuat generasi milenial dan gen z kesusahan dalam membeli rumah sendiri.
Apakah Kawan Puan juga merasakan permasalahan tersebut? (*)