Selain itu, cacar monyet bisa ditularkan lewat cairan tubuh atau lesi kulit hewan yang terinfeksi dan mengonsumsi daging hewan liar yang terkontaminasi (bush meat).
Selanjutnya, penularan antar manusia dapat melalui kontak dengan sekresi pernapasan, lesi kulit dari orang terinfeksi atau benda yang terkontaminasi.
Tenaga kesehatan, orang yang tinggal serumah, plasenta dari ibu ke janin, kontak selama persalinan, dan kontak erat lain merupakan orang yang berisiko tinggi.
Masa inkubasi (interval dari infeksi sampai timbulnya gejala) cacar monyet biasanya 6 – 16 hari, tetapi dapat berkisar dari 5 – 21 hari.
Gejala yang timbul diawali dengan demam, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening), nyeri punggung, nyeri otot, dan lemas.
Dalam 1-3 hari setelah gejala awal atau fase prodromal, akan memasuki fase erupsi berupa munculnya ruam atau lesi pada kulit biasanya dimulai dari wajah, lalu menyebar ke bagian tubuh lainnya secara bertahap.
Ruam atau lesi pada kulit ini berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar (makulopapula), lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras atau keropeng lalu rontok.
Fase erupsi biasanya memerlukan waktu hingga 3 minggu sampai periode lesi tersebut menghilang dan rontok.
Cacar monyet biasanya merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung selama 14 – 21 hari.
Kasus yang parah lebih sering terjadi pada anak-anak dan terkait dengan tingkat paparan virus, status kesehatan pasien, dan tingkat keparahan komplikasi.
Nah, itulah penyebab dan gejala cacar monyet yang sudah menjadi darurat kesehatan global ya, Kawan Puan.
Baca Juga: 5 Klasifikasi Kasus Cacar Monyet yang Ditetapkan Kemenkes, Apa Saja?