Parapuan.co - Belum lama ini, Women’s World Banking dan UN Capital Development Fund meluncurkan sebuah koalisi global untuk meningkatkan inklusi keuangan digital bagi perempuan.
Adalah Women’s Digital Financial Inclusion (WDFI) Advocacy Hub yang bertujuan untuk menutup kesenjangan gender dalam akses ke teknologi digital.
Koalisi ini juga dibentuk untuk mengikis kesenjangan gender dalam hal keterampilan dan produk keuangan digital bagi perempuan pengusaha, terutama di negara berkembang seperti Indonesia.
Didukung oleh Bill and Melinda Gates Foundation, WDFI Advocacy merupakan kolaborasi berbagai pemangku kepentingan, termasuk penyedia layanan keuangan, financial technology, masyarakat sipil, serta organisasi bilateral dan multilateral.
Sementara itu, WDFI Advocacy Hub memiliki prioritas pertama untuk membangun koalisi global yang beragam dan menggandeng mitra baru dalam beberapa pekan.
Peluncuran ini dilakukan tidak lama setelah World Bank Global Findex 2021 menunjukkan kesenjangan dalam akses keuangan.
Dalam rilis tersebut, perempuan masuk ke dalam kelompok yang kurang terlayani, bersama dengan kaum miskin dan mereka yang berada di luar angkatan kerja.
Sementara itu, Global Gender Gap Report 2022 menyebutkan bahwa dibutuhkan 132 tahun lagi untuk menutupi kesenjangan gender global.
Krisis yang makin parah ini nantinya akan berdampak pada tenaga kerja perempuan, beriringan dengan risiko kemunduran kesetaraan gender global yang makin meningkat.
Baca Juga: B20 WiBAC Ungkap Ketimpangan Pelaku UMKM Perempuan dalam Mendapatkan Pendanaan, Apa Saja?
Dalam hal keuangan, Presiden dan CEO Women’s World Banking, Mary Ellen Iskenderian, mengatakan bahwa tiga perempat dari satu miliar perempuan di seluruh dunia tidak memiliki akses ke sistem keuangan formal.
Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi diluncurkannya WDFI Advocacy Hub dengan terobosan baru yang diharapkan bisa menutup kesenjangan inklusi keuangan.
“Bayangkan sebuah skenario di mana para perempuan itu punya peluang yang sama untuk mengakses teknologi, keterampilan, dan layanan keuangan,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima PARAPUAN.
Di Indonesia sendiri, data Global Findex terbaru menunjukkan Indonesia memiliki kesenjangan gender yang sedikit terbalik dibandingkan situasi global.
Sebanyak 52,3 persen perempuan memiliki rekening bank, sedikit lebih banyak dari laki-laki dengan persentase 51,2 persen.
Hanya saja, pemegang akun laki-laki tumbuh lebih cepat sepanjang tahun 2017-2021 jika dibandingkan dengan perempuan.
Apabila diterjemahkan ke populasi, terdapat sebanyak 49 juta (47,7 persen) perempuan yang tidak memiliki bank dan sembilan juta (8,9 pesen) perempuan yang memiliki rekening bank tidak aktif.
“Jumlah perempuan yang tertinggal dalam transisi ke ekonomi digital ini terlalu banyak. Kami melihat banyak peluang untuk mengakselerasi perubahan dan memastikan perempuan dapat ikut dalam laju transisi dunia,” ungkap Executive Secretary United Nations Capital Development Fund, Preeti Sinha.
Peningkatan pemanfaatan teknologi digital dalam hal keuangan nyatanya hanya memperkecil kesenjangan untuk jangka pendek.
Baca Juga: Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Global, B20 WiBAC Dukung Pelaku UMKM Perempuan
Di sisi lain, ketidaksetaraan akses dalam hal mengakses teknologi ini hanya akan membendung kemajuan yang telah dicapai.
Terdapat dua komponen saling terkait yang dimiliki oleh WDFI Advocacy Hub.
Pertama adalah koalisi lokal di Indonesia dan Ethiopia yang terdiri dari masyarakat sipil, organisasi sektor publik, dan swasta, yang mengadvokasi isu-isu inklusi keuangan digital perempuan prioritas di pasar mereka.
Sedangkan yang kedua adalah Global Advocacy Hub yang akan mendorong advokasi global yang terkoordinasi.
Indonesia dan Ethiopia dipilih sebagai dua negara pada tahap yang berbeda dari evolusi keuangan digital.
Terpilihnya Indonesia juga berkaitan dengan Presidensi G20 yang salah satu fokusnya adalah untuk pertumbuhan ekonomi digital.
Sebanyak 37 juta pelaku UMKM perempuan di Indonesia memiliki peluang untuk menggerakkan roda perekonomian, yang tentunya perlu didukung untuk mendapatkan akses setara ke teknologi, keterampilan, dan layanan keuangan digital.
Lewat kedua komponen WDFI Advocacy Hub, diharapkan dapat meningkatkan inklusi keuangan digital untuk mendukung UMKM milik perempuan, khususnya pengusaha mikro.
Baca Juga: Keterampilan UMKM Perempuan Jawa Tengah Meningkat Berkat Kampanye Ini
“Perempuan pengusaha sangat membutuhkan akses yang setara ke teknologi digital dan layanan keuangan digital, serta pelatihan keterampilan dan kepercayaan diri untuk menggunakan keduanya secara maksimal,” tutup Iskenderian. (*)