Sebagian anak Indonesia yang menjadi bagian dari penelitian juga menunjukkan masih belum terpenuhinya rata-rata asupan vitamin dan mineral yang direkomendasikan untuk tumbuh kembang yang sehat.
Situasi ini tentunya menunjukkan adanya urgensi yang besar untuk memitigasi permasalahan gizi dengan langkah-langkah kolaboratif dan kebijakan yang strategis.
Tujuannya untuk memberikan anak-anak Indonesia akses yang lebih besar terhadap gizi yang lebih baik dan menurunkan angka malnutrisi serta permasalahan gizi anak lainnya.
Ir. Irawati Susalit sebagai pendiri Rumah Singgah Sahabat Gizi di wilayah Kampung Sawah, Cilincing, Jakarta Utara mengatakan bahwa kolaborasi ini didasari oleh fakta bahwa keterbatasan ekonomi membuat sebagian kalangan belum memprioritaskan pemenuhan gizi berkualitas bagi anak dan keluarga mereka.
Mengutip dari laporan Fill the Nutrient Gap (FNG) yang dirilis pada November 2021lalu, setidaknya satu dari delapan orang Indonesia tidak mampu membeli makanan yang memenuhi kebutuhan gizi mereka.
Artinya pemenuhan gizi berkualitas dan pemberian akses terhadap gizi baik masih menjadi tantangan yang kita hadapi bersama saat ini.
“Kurangnya akses terhadap makanan bergizi akibat dari kemiskinan yang terstruktur menyebabkan pemenuhan gizi yang menjadi fondasi dalam membangun generasi yang cerdas dan berkualitas kelak sulit tercapai. Inilah mengapa perlunya intervensi pemenuhan gizi perlu dilakukan terutama bagi bayi dan balita," kata Irawati Susalit.
Baca Juga: Bayi Prematur dan Berat Lahir Rendah Tingkatkan Risiko Stunting