Parapuan.co - Stunting merupakan kondisi medis di mana seorang anak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Dalam arti lain, tubuh anak itu tidak dapat mencapai ketinggian yang layak seperti anak lain pada usia yang sama.
Kondisi stunting ini dipicu oleh gizi buruk atau yang dikenal sebagai malnutrisi.
Sampai saat ini, stunting masih menjadi salah satu permasalahan yang menjadi perhatian karena dapat menghalangi potensi optimal anak-anak Indonesia.
Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI) Jakarta Timur dan IIDI Jakarta Utara berkolaborasi dalam program pencegahan stunting dengan meningkatkan perbaikan gizi ibu, bayi dan anak balita di Rumah Singgah Sahabat Gizi.
Rumah Singgah Sahabat Gizi berlokasi di daerah kampung sawah cilincing yg telah berdiri sejak 2015 hingga kini.
Kolaborasi terjadi karena adanya kesepahaman program dalam menjalankan kegiatan perbaikan gizi terutama hak anak dalam keluarga.
Hal ini mengingat pentingnya keluarga sebagai fondasi awal dalam pemenuhan dan pemberian akses gizi berkualitas.
Penelitian terbaru South East Asian Nutrition Surveys kedua (SEANUTS II) yang dikeluarkan pada Juni 2022 lalu mendapati prevalensi anak stunted dan anemia, khususnya di antara anak-anak usia di bawah 5 tahun di Indonesia, masih tinggi.
Baca Juga: Rekomendasi 4 Buku Seri Cegah Stunting, Ada Edukasi Gizi Anak Balita
Sebagian anak Indonesia yang menjadi bagian dari penelitian juga menunjukkan masih belum terpenuhinya rata-rata asupan vitamin dan mineral yang direkomendasikan untuk tumbuh kembang yang sehat.
Situasi ini tentunya menunjukkan adanya urgensi yang besar untuk memitigasi permasalahan gizi dengan langkah-langkah kolaboratif dan kebijakan yang strategis.
Tujuannya untuk memberikan anak-anak Indonesia akses yang lebih besar terhadap gizi yang lebih baik dan menurunkan angka malnutrisi serta permasalahan gizi anak lainnya.
Ir. Irawati Susalit sebagai pendiri Rumah Singgah Sahabat Gizi di wilayah Kampung Sawah, Cilincing, Jakarta Utara mengatakan bahwa kolaborasi ini didasari oleh fakta bahwa keterbatasan ekonomi membuat sebagian kalangan belum memprioritaskan pemenuhan gizi berkualitas bagi anak dan keluarga mereka.
Mengutip dari laporan Fill the Nutrient Gap (FNG) yang dirilis pada November 2021lalu, setidaknya satu dari delapan orang Indonesia tidak mampu membeli makanan yang memenuhi kebutuhan gizi mereka.
Artinya pemenuhan gizi berkualitas dan pemberian akses terhadap gizi baik masih menjadi tantangan yang kita hadapi bersama saat ini.
“Kurangnya akses terhadap makanan bergizi akibat dari kemiskinan yang terstruktur menyebabkan pemenuhan gizi yang menjadi fondasi dalam membangun generasi yang cerdas dan berkualitas kelak sulit tercapai. Inilah mengapa perlunya intervensi pemenuhan gizi perlu dilakukan terutama bagi bayi dan balita," kata Irawati Susalit.
Baca Juga: Bayi Prematur dan Berat Lahir Rendah Tingkatkan Risiko Stunting
"Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) menjadi langkah yang saya coba ambil. Saya percaya, setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan akses gizi yang baik.
"Dimulai dengan ketersediaan pangan dan perbaikan gizi pada anak-anak dengan melibatkan partisipasi langsung dari ibu-ibu yang puny bayi dan balita dari keluarga yang jauh dari mampu sebagai penggerak perubahan, saya berharap kelak akan terbangun masyarakat yang berkualitas dan mampu menciptakan perubahan untuk diri, keluarga dan lingkungan,” tambahnya.
Ia menambahkan bahwa pendidikan gizi untuk para ibu yang bayi dan balita yang ada di Rumah Singgah Sahabat Gizi tidak seperti duduk di bangku sekolah.
Butuh proses yang panjang dengan pengajaran keterampilan yang disesuaikan dengan kehidupan mereka sehari-hari.
Pengajaran ini meliputi pola asuh, bagaimana menyediakan dan memberikan makanan yang baik dan bergizi, serta kebersihan diri dan anaknya.
Sebagai salah satu sumber asupan bergizi baik, Ira juga rutin memberikan susu kepada anak-anak binaannya, karena selain kandungan gizi dan higenitas yang terjaga, susu juga menjadi asupan untuk memperbaiki status gizi dengan cepat selain protein hewani lainnya seperti telur, ikan dan daging.
Dalam hal ini Frisian Flag Indonesia menjadi salah satu rekan Rumah Singgah Sahabat Gizi dengan secara berkala memberikan donasi susu untuk pemenuhan gizi.
"Produk susu, daging, telur dan ikan merupakan sumber protein hewani yang dinilai paling efektif dalam menurunkan risiko stunting. Tentu saja pengolahan dan pemberiannya berdasarkan pedoman gizi seimbang yang disajikan menarik dan menggugah selera makan," jelas Irawati Susalit
Saat ini, Rumah Singgah Sahabat Gizi mengasuh 25 anak dengan berbagai usia mulai dari bayi hingga anak usia 5 tahun sampai yang ada di PAUD Sahabat Gizi, TK dan SD. Anak-anak ini dipilih berdasarkan tingkat ekonomi keluarga yang paling rendah.
Tahun ini, Rumah Singgah Sahabat Gizi mulai menangani ibu hamil dan menyusui keluarga miskin di kampung Sawah Cilincing dengan memberikan makanan yang bergizi.
Selain itu, kini Rumah Singgah Sahabat Gizi dalam pengabdian masyarakat di kampung Sawah Cilincing telah menggandeng dan berkolaborasi dengan Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI) Jakarta Timur dan Jakarta Utara yang menurut Irawati Susalit, kolaborasi ini akan semakin efektif dan diharapkan dapat mendukung program PKK.
Perbaikan kesehatan dan gizi merupakan kunci terpenting bagi tumbuh kembang anak-anak ini.
Hak anak harus terpenuhi terhadap asupan gizi, kesehatan dan kebersihan diri dan lingkungan. Serta pola aduh yang baik di dalam keluarga.
"Kami berterimakasih terhadap kehadiran Frisian Flag Indonesia selama 7 tahun ini mendukung Rumah Singgah Sahabat Gizi. Sehingga balita banyak tertolong sehingga status gizi membaik," ujar Ketua IIDI Jakarta Timur Soraya Rosanti.
Baca Juga: Pentingnya Ketersediaan Air Bersih untuk Kelangsungan Hidup Masyarakat
(*)